Ada sesuatu yang dilupakan oleh generasi saat ini tentang kebudayaan kita, yaitu mengenai ciri khas kita berbahasa daerah. Bahasa daerah pada zaman sekarang ini sudah tidak lagi membanggakan kalangan kalangan generasi saat ini khususnya para remaja. Saya kurang mengerti apa alasan mereka sehingga malu menggunakan bahasa Ibu mereka, tapi sebagaian disebabkan oleh faktor gengsi, mereka malu bahkan tidak mau menggunakan bahasa daerahnya dengan dalih dianggap kampungan dan tidak gaul.
Hal ini menyebabkan sedikit demi sedikit bahasa daerah mulai terkikis penggunannya bahkan hampir dilupakan sama sekali. Bahkan generasi sekarang terkesan bangga menggunakan Bahasa asing ketimbang Bahasa Daerahnya sendiri.
Sangat Ironis…………. memang karena kebanyakan generasi sekarang lebih senang jika mempelajari bahasa asing ketimbang mempelajari Bahasa daerahnya, hal ini bukan bermaksud saya melarang generasi muda untuk mempelajari Bahasa asing tapi janganlah kita melupakan Bahasa daerah kita, alangkah baiknya Jika keduanya bersinergi, hal tersebut juga dapat melestarikan budaya bukan…??
Bahkan Bahasa Wotu yang berasal dari tanah kelahiranku Di Wotu Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi selatan yang merupakan cikal bakal dari bahasa-bahasa yang ada di Nusantara ini, seperti bahasa bugis dan bahasa-bahasa lainnya yang berada di daerah sekitar Asia Tenggara ini bahkan hampir punah. Bahasa Wotu memang beberapa ada kemiripan dengan Bahasa Bugis, Makassar, Bahasa Toraja, ataupun bahasa Tomona di Daerah Sulawesi Tengah, maupun bahasa di beberapa daerah lain karena kedekatan geografis daerah dan asal-usul bahasa-bahasa mereka juga diceritakan oleh orang-orang tua berasal dari Wotu.
Hal ini juga disebabkan kurangnya kurikulum Bahasa Daerah yang di terapkan di sekolah-sekolah yang ada di tanah air. Terutama Taman Kanak-kanak dan Play Group sudah tidak menggunakan bahasa daerah yang Optimal dalam mendidik anak asuhnya. kehadiran bahasa asing mungkin juga sebagai pengaruh kurangnya kurikulum bahasa daerah atau tidak adanya keinginan menjadi pengajar bahasa Daerah. Akibatnya generasi sekarang tidak lagi mengenal bahasa daerah mereka dan cenderung menggunakan bahasa asing atau bahasa-bahasa yang mereka anggap gaul.
Mungkin keadaan yang memaksa generasi sekarang untuk tidak lagi menguasai bahasa daerah dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari.
Teringat Tulisan di Blog kakak saya “Kita bisa merasakan bahwa perlunya bahasa daerah ketika sedang keluar dari daerah asal, sehingga kita baru mengingat kembali perlunya mengetahui bahasa dan sejarah daerah kita kembali. Jadi teringat Lagu “Makassar Bisa Tonji” yang berisi kritikan terhadap orang yang sudah melupakan bahasa asli Makassarnya karena berlogat “
Seandainya saja saya bisa membuka kursus bahasa, saya akan fokus melestarikan bahasa Ibu saya yaitu bahasa Wotu.. teringat karena bahasa ini tidak mempunyai abjad atau aksara.. jadi jika tidak diajarkan terancam akan punah dan hanya tinggal sejarah saja.
sumber gambar klik di sini
Postingan kanda Ijal ini sangat menarik seandainya dijadikan sebagai bahan penelitian untuk penyusunan skripsi atau tesis tentang bahasa Wotu. keberadaan bahasa wotu jelas makin memperkaya khasanah budaya bangsa. betapa negeri multibahasa yang terbentang dari sabang-sampai merauke ini memiliki kekhasan budaya lintasdaerah, tanpa harus kehilangan jatidirinya sebagai bangsa. dalam komteks ini keberadaan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional juga semakin penting untuk menjembatani kepentingan komunikasi antarwarga bangsa yang berbeda-beda suku dan bahasanya itu.
*sejenak merenungkan makna sumpah pemuda*
wah dek, saya hanya mahasiswa sistem informasi, hehehehe
yah memang banyak sekali hubungan dan keterkaitan yang kita tidak sangka. padahal itu saya dapat dari cerita-cerita turun temurun dari orang tua-tua dan keluarga.
Bahasa Indonesia juga sangat kaya akan makna…. dan sumber semuanya harus digali juga.
NAHH INI … JANGANKAN MW PAKE’ BAHASA DAERAH SEDANGKAN NGEPOSTING AJA JARANG2 ADA YG MW…. MEMANG AUTHOR POSTINGAN INI BENAR2 CARE AMA BUDAYA YAH….. saluuudd
sebenarnya kajian tentang bahasa daerah, khususx Wotu sebagai bahasa asli Luwu layak dijadikan karya ilmiah yang berguna untuk melestarikan budaya Luwu. saya berharap skali ada peneliti yang mau mengangkatnya sebagai tesis atau skripsi minimal.. membacanya. misalnya tentang La Galigo bagusnya epiknya disadur dalam prosa, boleh jadi kita akan dibawa ke masa lalu daerah kita ini 🙂
weiittsss bener banget bang….. klo sy jd lanjut sastra di unhas dulu di jamin deh itu yg jd bahas skripsi ku,,,,,,,
hehehehehe… tp kenapa padeng masuk ki di STMIK Dipanegara dinda? 😀
ass,kak z anak psgbd ikatan dinas d sastra daerah wakil dari luwu utara z mw belajar banyak ttg luwu utara
saya sebenarnya tersindir secara saya juga mengerti sedikit tentang bahasa daerah….
yah diskusi keluarga itu hari ijal di rumah di wotu, ortu juga harus beperan serta mendidik anak2nya untuk tetap melestarikan budayanya…
anak2 setelah mereka dewasa baru menyadari bahwa bahasa daerah itu penting, karena selain jadi karakter, juga sebagai jati diri kita…
hidup wija to wotu 😉
hehehehe… sebenarnya saya juga malu, kadang Orang2 tua kita kalau kumpul sangat pandai berbahasa Wotu, tapi kita cuma bisa mengerti tapi susah mengucapkannya, ya… walaupun bisa sedikit sedikit tp sudah tidak sesuai dengan grammar bahasa Wotu itu sendiri kk, hehehe
*yang komentar ini kakakku loh* 😀
waduh… jadi malu, saya masih keturunan Wotu tapi tidak tau berbahasa Wotu, harus banyak belajar dari kanda ini 😛 mohon bimbingnnya 🙂
dimana ada kemauan.. pasti ada jalan… 🙂
We bro akhirnya Links In Alexa Blog Kita sudah berubah….. hahaahahahahahah
itu tiap 3 bulan updatex… 🙂
huffffffffffffffff,,,,,,,,,,,,,sy termksud yg tidk tau bhs daerh!!!!!
P…………a…………….R……………a…………H
sy termksud keturunan wotu tp baru tau bhw bhs daerh lain yg ad merupakan cikal bakal dari bhs wotu setelah membc blog ni.
Bhs daerh perlu dilestarikan….!!!!!
thanks atas infonya 🙂
makanya harus lebih intens mempelajari bahasa daerah 🙂
ass,kak z anak sastra daerah wakil lutra z mw banyak belajar ttg luwu….
…oleh Kalau diperhatikan sebenarnya propinsi Bengkulu memiliki bahasa daerah yang banyak. Itulah sebabnya menurut guru Antropologi saya waktu di SMUN 5 dulu Pemerintah Daerah tidak menetapkan satu bahasa daerah ini yang menjadi muatan lokal pelajaran Bahasa Daerah di sekolah.Kalau teman saya dari Bekasi Bandung atau Garut bisa mendapatkan pelajaran bahasa Sunda sebagai satu mata pelajaran wajib bermuatan lokal waktu masa-masa sekolah dulu tidak demikian yang saya alami di Bengkulu. Mau belajar bahasa daerah yang mana kalau nyaris di setiap kecamatan memiliki bahasanya sendiri-sendiri.Saya karena berasal daerah paling ujung selatan Propinsi Bengkulu kemudian hidup berpindah-pindah di seputar Bengkulu Selatan hingga Kota Bengkulu memahami beberapa bahasa yang ada.
wah…saya juga sedang mempelajari sedikit2 ttg bahasa wotu, meski agak sulit krn hampir mirip2 bahasa jepang.
Yang paling unik dari bahasa ini karena tdk adax huruf mati/konsonan pada setiap katax… setiap kata pasti di akhiri huruf vocal A,I,U,E, O 🙂
mantap heheheh 🙂
kehidupan ini semakin universal, cara pandang, cara berpikir, budaya, bahasa dan lain sebagainya. mau tidak mau orang dipaksa untuk memilih bahasa dan apa saja yang lebih komersial, misalkan menguasai bahasa inggris bisa untuk mencari kerja dan lain sebagainya. sekarang banyak orang meninggalkan sesuatu yang berbau daerah karena merasa kurang memiliki keunggulan dalam kehidupan, it’s my version. salam anget anget
Menurut Org tua saya, juga berasal dari daerah wotu, tapi sudah bertahun2 berada di wilayah luwu selatan tepatnya di cilellang. saya bisa sedikit bahasa luwu pasaran atau yang biasa di ucapkan sehari-hari, dan sudah ada -+ 20 tahun berada di pulau jawa, sampai anak2 belum tau bagaimana bahasa bapaknya sendiri, karna setiap hari yang di dengar hanya bahasa ibunya ( Jawa )
saban hari Bahasa Luwu pernah jadi bahan tesis ato penelitian (lupa) oleh DR. Masruddin Asmit,M.Hum. beliau adalah dosenku yg mengajar di PRODI bhs. Inggris STAIN PALOPO. putra asli WOTU yang mengangkat tema (Lupa ingat lagiiii) “Wotu Language: endangered language. dalam beberapa kali event seminar, beliau jadi keynote speaker mengenai mslh itu! salut buat empunya blog ini. salam dr putra Luwu,
syahrir
terima kasih atas kunjungannya kanda 🙂
keren kak…..
Umba na susi to’o bahasa wotu,,?
bahasa wotu dan bahasa wolio-BUTON sangat mirip
saya orang BUTON mgkin qt bisa sharing