Banyak orang mengira kalau Luwu itu merupakan sebuah suku, pernyataan inilah yang banyak membuat pakar budaya Luwu sampai tertawa jika mendengar pernyataan tersebut.. kenapa hal tersebut membuat pakar Budaya tertawa…??
Oke kita akan kupas masalah tersebut secara tajam setajam Kawali Luwu..
Di beberapa seminar Budaya, Luwu selalu di istimewakan, bukan sebagai sebuah Suku tetapi lebih luas lagi cakupannya yaitu Luwu sebagai suatu Area, Wanua, Lembata di masa lalu atau disebut juga sebagai prokem bangsa. Sama dengan misalakan negara Indonesia mempunyai banyak anak suku suku dan tidak pernah menyebutkan Suku Indonesia.
Dan sebagaimana kita tau Luwu itu bukanlah suku tetapi suatu prokem di masa lalu yang melahirkan suku suku yang ada dalam wilayah kekuasaan Luwu itu sendiri.
Tetapi kadang jika membahas tentang Luwu ini tiap Suku yang termasuk anak suku dari Luwu kadang mempunyai versi tersendiri, jadi sulit untuk mendapatkan titik temu yang akurat, oleh karena itu dalam tulisan ini kita kaji secara Balance untuk memperoleh titik terang tersebut.
Dan untuk membahas hal tersebut kita mulai dimana asal muasal dari Nama Luwu itu sendiri, pada Era Tomanurung Batara guru, nama Luwu itu berasal dari dua nama kerajaan besar yaitu Kerajaan Lu dan Wu di daratan Cina. Dan dinyatakan pertama kali disekitar bukit Pensomoni dan Lampenai (Luwu Timur Sekarang ). Luwu menurut Tokoh Tionghoa berarti “Lu” adalah daratan dan “Wu” adalah hijau. Inilah mengapa Suku Wotu menyatakan sebagai “Wotu ontonna luwu” atau artinya “Wotu adalah Pusat dari Luwu” karena disanalah dicetuskan pertama kali kata Luwu, Sehingga di dalam kitab I La Galigo jelas sekali menyebutkan “…Ma’senggo-senggo ri mengkonga (Mengkonga adalah Wilayah tenggara yang dihuni oleh Suku Tolaki) Ma’badong ri Toraja, Kajangki ri Luwu..”
Pernyataan di atas sangat jelas sekali menyatakan “Kajangki ri Luwu” berarti Luwu pada saat itu masih sekitar wilayah Wotu sampai dengan Cerrea (Cerekang) karena tarian asli Wotu adalah kajangki. Disini sudah jelas juga bahwasanya Toraja dan mengkonga belum masuk dalam bingaki Luwu. Dipertegas dalam buku sejarah Baebunta bahwa Balailo Nurung (Tomanurung baebunta) datang sejaman dengan Batara guru yang turun di Wotu (Luwu). Artinya Baebunta juga belum masuk pada wilayah Luwu pada saat itu. Dan kesaksian dari keturunan Empolemba Pamona mengatakan jikalau mau ma’dui (membuat makanan khas dari sagu) biasanya mengambil Sagu di Luwu, artinya Pamona pada saat itu juga belum masuk dalam wilayah Luwu.
Nanti pada saat periode ke-2 (dua) To Manurung (setelah Vakum Pitu Pariyama) datanglah Simpurusiang kemudian datu-datu (sebutan untuk pemimpin Luwu) selanjutnya memperlebar wilayah dengan perpindahan Wareq beberapa kali. Ada Kerajaan yang masuk di wilayah Luwu karena dianggap sebagai Kakak dan ada juga Kerajaan yang masuk dalam Wilayah Luwu karena ditaklukkan.
Jadi sangat besar kemungkinan Toraja masuk wilayah Luwu karena dianggap sebagai kakak, sama halnya dengan Wotu yang dianggap sebagai Kakak begitupun dengan wilayah Baebunta dan kesemuanya Wilayah tersebut digolongkan sebagai “Bate-bate saliweng Pare”.
Nah maka dari sutulah sehingga Macoa Wotu, Baebunta dan Toraja memberi kepercayaan dan bergabung pada wilayah Luwu yang dipimpin To Wateq dikarenakan kekaguman mereka terhadap moyangnya yang bergelar “Batara Guru” karena Moyang terdahulu tersebut datang membawa ilmu, memberi nilai nilai kearifan lokal dari kebiasaan bilang “iyo (proto)” menjadi halus dengan sebutan “iye (neutro)” dan masih banyak lagi kearifan lokal lainnya, sehingga masyarakat Protomelayu mempercayakan turunan tersebut menjadi “Datu” (pemimpin Luwu).
Dan kalau kemudian hari ada cerita cerita bahwa orang Toraja itu “ata’” dan Wotu tergolong “Palili” itu adalah kesalahan yang sangat besar. Karena tidak dinafikkan lagi bahwa “matasa arung” nanti ada turunan dari “sanggalanya”. Karena tidak sah prosesi adat Luwu kalu tidak pamit kepada “Macoa Bawalipu” (pemimpin adat tertinggi Wotu yang berarti Kausaprima bumi) untuk pengambilan air/uwe mami dan pembangunan istana, serta duduk sejajar dengan Datu adalah Macoa/kakak.
Serta ibunda Sawerigading yaitu “We Senggeng” berasal dari Tompotikka, ma’dara Takku, dan kalau ma’dara Takku berarti mempunyai turunan Toraja. Berarti ibunda Sawerigading ada darah Torajanya.
Khayangan Cina, tompotikka Toraja, Bure liu (dunia bawah) atau di bawahnya pulau Sulawesi adalah Pulau Jawa. (Ini berdasarkan cara pandang orang terdahulu yang menganggap Bumi itu datar tdk bulat, jadi yang ada di atasx Pulau sulawesi di sebut Khayangan dan Yang ada di bawah Pulau Sulawesi di sebut dunia bawah). Jadi sangat Wajar jika ada Datu Luwu mempunyai Darah Majapahit.
Satu hal lagi fakta ternyata “Senrijaya” itu sriwijaya jadi tidah heran kalau ada juga Datu Luwu yang mempunyai darah Sriwijaya. Karena “Sabaktua” di Sumatera dan “Sabbangparu”di luwu. Dan masih banyak lagi teka teki lain tentang Luwu yang belum terkuak.
Mungkin ini sedikit memperjelas kenapa toraja masuk wilayah luwu. tapi hal ini merupakan referensi saat perpisahaan wilayah toraja dan luwu bahwa Pemerintah Pusat mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.34/1952 tentang Pembubaran Daerah Sulawesi Selatan bentukan Belanda/Jepang termasuk Daerah yang berstatus Kerajaan. Peraturan Pemerintah No.56/1951 tentang Pembentukan Gabungan Sulawesi Selatan. Dengan demikian daerah gabungan tersebut dibubarkan dan wilayahnya dibagi menjadi 7 tujuh daerah swatantra. Satu di antaranya adalah daerah Swatantra Luwu yang mewilayahi seluruh daerah Luwu dan Tana Toraja dengan pusat Pemerintahan berada di Kota Palopo.
Berselang beberapa tahun kemudian, Pemerintah Pusat menetapkan beberapa Undang-Undang Darurat, antara lain:
Undang-Undang Darurat No.2/1957 tentang Pembubaran Daerah Makassar, Jeneponto dan Takalar.
Undang-Undang Darurat No. 3/1957 tentang Pembubaran Daerah Luwu dan Pembentukan Bone, Wajo dan Soppeng. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 4/1957, maka Daerah Luwu menjadi daerah Swatantra dan terpisah dengan Tana Toraja.
Jadi jelas sekali bahwa toraja termasuk wilayah kedatuan luwu kemudian kedatuan menyatakan sikap bergabung dengan republik Indonesia. Kemudian wilayahx dibagi seperti diatas. sedangkan penggabungan Toraja dikedatuan Luwu sudah sedari dulu. Bisa jadi pada saat perkawinan leluhur kita.
Dan toraja masuk wilayah luwu secara baik (sikapi), seindah hati leluhur dimasa lalu yang dibawah pajung kedatuan luwu. Setegas Andi Djemma yang menyatakan sikap melebur kedatuan luwu yang mempunyai 12 anak suku kedalam Republik Indonesia. Ini sikap cinta, sikap sayang, bukan karna luwu ditaklukan oleh indonesia, tetapi rasa persatuan, seperti itulah leluhur kita dimasa lalu merasa bersatu bersaudara sehingga dipajungi dikedatuan Luwu. ^_^
sebagian besar bersumber dari saudara Musly Anwar
saya belum jelas tentang suku yang ada di sana deng?!
saya juga pernah baca artikel bahwa bahasa yang di pakai orang luwu adalah bahasa tae. Mohon penjelasan!!! :
tabe… Luwu mempunyai 12 anak suku daeng, dan untuk masalah bahas tiap2 suku mempunyai bahasa tersendiri..
Sejarah di sulsel jangan dibolak-balik dong… Aku pernah meneliti Luwu dan Toraja. Soal luwu yg benar adalah: Luwu terbentuk dari 12 suku. BUKAN terdiri dari 12 suku. Jadi harap bedakan terbentuk dengan terdiri. Jangan ngarang2 sejarah dong sejarah… Ilmu pengetahun bertolah belakang dengan karangan.
luwu itu terbentuk dari beberapa suku makanya luwuk itu tdk ada bahasa asli nya bahasa taek yg di klaim sebagai bahasa mereka itu adalah bahasa toraja yg arti nya tidak ada ( taek atau tdk ada ) itu adalah bahasa pasar toraja…
diluwu memang ada beberapa dialek yg berbeda tp sebagai org luwu sy paham semua bahasa dr malili hingga siwa yg beda itu bahasa mori dan rampi tp gk paham bahasa makassar kemudian jk luwu bukan suku terus org luwu masuk suku apa toraja bugis atau makassar pdhl beda adatnya apalg bugis dgn luwu jauh sekali beda adat istiadatnya justru luwu mirip toraja kecuali tatacara perkawinan untu daerah luwu bagian selatan yg mirip bugis
Bahasa adalah identitas asal muasal seseorang yang melekat pada dirinya… Saya berasal dari dan lahir di Tana Luwu. Agama saya Islam, kami di Luwu mayoritas berbahas TAE’ artinya tdk = Bahasa Toraja, Luwu bukan suku Bugis walaupun sy fasih berbahasa Bugis karena pergaulan. Terutama zona Basse Sangtempe’ (BASTEM) adat budaya seperti tari MA’BADONG juga persis = Toraja…
Terima kasih
Putra Tandung-Peta-Pantilang BASTEM, Kabupaten Luwu
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja#Bahasa
Disitu jelas beserta rujukan ilmiahnya
belum mengerti saya penjelasan ini,…
apa kah toraja itu sama suku dengan luwu,.
apa kah luwu pecahan dari toraja,.?
Toraja Masuk dalam 12 anak suku Luwu, Luwu sendiri bukan suku tapi prokem sebuah bangsa, dianalogikan seperti Indonesia mempunyai berbagai macam suku tapi tdk pernah di sebut sebagai Suku Indonesia.. 🙂 begitupun Luwu
Terus bagaimana dgn pemahaman yg mengatakan bahwa Wilayah Suku Bugis itu meliputi Bone, Soppeng, Wajo, Sidenreng, Rappang, Pinrang, Luwu yg kemudian kita kenal dgn BOSOWASIPILU ?
Rimunri pakkutanaku, lebbi rioloka’ maellau tabe’ nennia mabbere selleng maruddani, mattakke nennia mattuntung lao risalessurekku.
Keturunan Kerajaan Tana Toraja ada 12: Puang ri Toraja,Datu Ri Luwu,Arung Mangkau’ ri Bone dan Sompa’ ri Goa sebenarnya seluruh bangsawan di Sulawesi Serumpun Keturunan,Salam dari Yardi MS Ramba
Kalo loh keliling toraja tanya nenek2 yg sudah tua disana pasti tidak satupun yg mengaku gabung bersama luwu bahkan sebaliknya kamu akan mendapat jawaban bahwa luwu termasuk dalam suku toraja
Kacau deh pemahamannya: Aku copas diatas: tapi mengapa mempunyai 12 anak suku????. Bangaimana punya anak kalau tidak ada ibunya??? Kalau memang luwu mempunyai 12 suku berarti ada suku luwu sebagai induk (asal dari anak suku tersebut). Tpi bagaimana dikatakan induk jika umurnya lebih mudah dari anaknya??? Contohnya toraja. Toraja sangat tua karena dimulai dari zaman mengalitik (buktinya byk sekali berserahkan disana). Jadi yang benar mengenai luwu adalah ORANG LUWU (BUKAN SUKU LUWU) TERDIRI/TERBENTUK DARI 12 SUKU (Suku Toraja, Suku Bugis, Suku Makassar, Suku Mandar, dll) bahkan bukan cuma 12 tapi lebih dari 12 suku yang ada di luwu terutama di kota palopo dijumpai banyak sekali suku.
Saya sangat tertarik dengan tulisan anda, era kolonial mungkin iya krn disitu kepentingan politik sangat kental. tp masa2 kerajaan itu kira2 pada masa Datu siapa toraja masuk ke luwu. atau sepanjang sejarah Luwu menguasai toraja. Apakah saudara tau dengan daerah Bastem ? (Basse sangtempe’) wilayah pantilang. Apa makna wilayah tersebut antara toraja dan luwu ? tabe’ sampu. perlu anda ketahui bahwa sepanjang sejarah toraja tdk pernah dikuasai oleh wilaya manapun. menginvasi iya tapi tidak menguasai. toraja itu luas, dan setiap wilayah adat punya kedudukan yg sama. dan mungkin sama posisinya dengan luwu di masa itu.
hhhhh…sungguh aneh itu tdk benar masak toraja masuk suku luwu ane bangat masak satu suku daerah tdk ada bahasa nya mw jadi induk yg ada bahasa nya ini ane opu saja yg ada di palopo bukan opu asli klo tdk ada turunan nya dari sanggalla ( Toraja ) ane bin ajaib….hehehehe
Ijal henti kan omong kosong mu klo gk tahu sejarah gak usah bunyi sejak kapan torja jadi anak dari palopo ada suku di sulsel adalah suku toraja, suku bugis, suku makassar suku mandar…..luwu tidak ada, luwu adalah terbentuk dari beberapa suku di sulawesi di tambah suku jawa dan bali….kok di balik ane bangat.
Menurut saya luwu tidak menjadi kakak dari suku luwu karena kalau memang memiliki kesamaan akan ada persamaan dari bentuk rumah, tarian dll tapi saya perhatikan rumah khas orang luwu lebih mirip dengan rumah adat orang bugis
bagaimana dengan aksara(tulisan lontara/ apakah luwu memiliki lontara, dan apa bedanya dengan lontara bugis, dan makassar. tabe
Seperti yg sdh z sampaikan sebelumx, bahwa Luwu mempunyai 12 anak suku dan tiap2 suku mempunyai bahasa daerah tersendiri. ada suku yg memiliki abjad/aksara contohnya bugis dengan lontarax, tp ada juga suku yg tdk mempunyai aksara tetapi mempunya bahasa daerah tersendiri, seperti suku wotu, toraja, pada’e,to laki dan kaili serta beberapa suku yg lain 🙂
yang benar itu Luwu terbentuk dari beberapa suku di sulawaesi dan di tambah suku jawa dan bali bukan mempunyai 12 suku ini jangan di balik balik lah beda kan klo luwu melahirkan 12 suku dan luwu terbentuk dari 12 suku beda bangat yang benar itu luwu terbentuk dari 12 suku maka nya bahasa toraja di jadikan bahasa resmi nya yakni bahasa taek bahasa ini bahasa pasar toraja yang artinya tidak ada……….baca sejarah lah baru ngomong
SAYA ASLI LUWU BAHASA KAMI DI LUWU ADALAH BAHASA TORAJA BASSE SANGTEMPE’ INI FAKTA DAN REALISTIS. SIAPA YANG BERANI MENGINGKARI FAKTA DAN KEBENARAN
SUKU LUWU BASTEM ADALAH SUKU TORAJA
WABILLAHI TAUFIQ WAL HIDAYAH
KURRE SUMANGA’ POLE PARAJA SOLA MINTUKOMU SIULU’KU SOLANASANG
tabe’ daeng. Sy sering mendengar ungkapan.
Somba ri Gowa
mangkau ri Bone
pajung ri Luwu
matasak ri Sangalla/Toraya
apa maksudx i2 daeng???
artinya mereka semua bersumber dari satu keturunan tapi memiliki wilayah pemerintahan sendiri. namun keturunan mereka lupa bahwa nenek moyang mereka juga memiliki saudara ( sesama suku2 proto Melayu ) atau sengaja di buat kacau oleh orang2 luar yang adalah sumi/istri atau menantu yang berasal dari suku2 deurto melayu agar terjadi perpecahan diantara mereka. kalah politik dengan orang pendatang.
itu ibarat pisang,,,,,,,sombari goa mulai dari jantung nya,,,,mngkauri ribone,,ketika jantung pisngsuda mengeluarkan pisang nya…pajungri luwu,,,pisang mengkal..matasa ri sangalla artinya suda masak,,,…..yg artinya gowa sodara paling bungsu,,,n sangalla/toraja adalah kk tertua,,,jadi dalam hal ini toraja itu adalah suku tertua di sulawesiselatan
nah, ini yg betul….hati2 saudaraku kalau bercerita soal sejara,,di Toraja barat, ada istilah Seda di Ada’, Sumpu di kada Tomatua..artinya kalau kita langgar Adat atau tutur kata orang Tua, maka kedurhakan akan datang menimpa, baik baik diri sendiri maupun turunannya..jadi kalau tidak tau persis sejarah, alangkah bagusnya kalau tuisan itu kita maknai wacana untuk didiskusikan. jangan menjustice, seakan2 pasti dan positif…
ini benar
kalau matasak ri sangngalla sama halnya pisang masak artinya itu yg paling muda gimana sih… gak mungkin dong pisang masak terus mengeluarkan jantung mengeluarkan pisang kemudian pisang mengkal….. pisang yg masak artinya itu yg paling terakhir… gimana sih…berarti suku toraja suku yg paling terakhir ada artinya paling muda hehehe
andy tomassoyan nama itu akrab saya dengar karena dialah yang sebenarnya berhak untuk menjadi datu luwu namanya adalah baco tomassoyan yang dikenal ditoraja dengan nama bato` tomassoyan….. kami yang generasinya jg akan berusaha memunculkan fakta yang sebenarnya….makasih andy tomassoyan karena anda telah memakai nama yang seharusnya dikenal di tanah luwu
kalau matasak ri sangngalla sama halnya pisang masak artinya itu yg paling muda gimana sih… gak mungkin dong pisang masak terus mengeluarkan jantung mengeluarkan pisang kemudian pisang mengkal….. pisang yg masak artinya itu yg paling terakhir… gimana sih…berarti suku toraja suku yg paling terakhir ada artinya paling muda hehehe
andy tomassoyam itu keturunan org bugis
Nama Somba’ ri GOAatau orang Bugis sebut Sompe’ ri Goa adalah sala satu di antara 12 bersaudara dari keturun Kerajaan Toraja yg waktu itu menjadi Raja pertama di GOA sama juga dgn Arung Mangkau’ ri Bone dan yg bernama Payung ri Luwu yg juga Keturunannya Menjadi Datu ri Luwu ke tiga Bangsawan Besar ini seibu se bapak yg lain saudaranya tinggal di Tana Toraja dan yg lain pula membentuk Kerajaan di Pula2 yg lainnya di Indinseia..Semoga dgn kisah2 seperti ini kita tetap bersilaturrahmi di antara kita.Wassalam Yardi MS Ramba.
Tabe sappo….
Sejak kapan itu Toraja menjadi kerajaan..?
Ada batasan terminologi yg sangat jelas dalam sosiologi tentang kelas-kelas sistem masyarakat sosial, seperti apa yg di sebut sebagai desa, distrik, kerajaan atau kekaisaran, dll. Kl kita bicara tentang sejarah, sebaiknya kita fokus pada fakta atau setidaknya, ktika fakta blm dtemukan, kt brpijak pada asumsi yg mendekati realitas empirik d masa lalu, tdk mengada-ada. Tentang Kerajaan Toraja, sy sama sekali tdk pernah menemukan definisi seperti itu dalam banyak rujukan tulisan tentang masyarakat sulawesi selatan di masa lalu.
Tentang Luwu, sy jelaskan sedikit dari sudut pandang pemahaman sy sendiri, karena kebetulan keluarga kami berasal dari daerah ussu-cerekeng, Luwu Timur saat ini.
Seperti yang sama kita ketahui, bahwa istilah ‘ware’ adalah pusat dari Kerajaan Luwu, baik dalam perpektif sosial maupun politik. Posisi ‘ware’ sendiri dalam sejarah kerjaaan Luwu mengalami beberapa kali perpindahan. Namun ‘ware’ yang pertama kali dalam sejarah Kerajaan Luwu adalah yg terletak dan mencakup daerah ussu-cerekeng saat ini. Dengan demikian maka bs dikatakan bahwa masyarakat d daerah inilah yang pertama kali memulai peradaban Luwu yg bercorak bugis trsebut.
Memang d bandingkan dgn keberadaan masyarakat Toraja, yg telah mendiami wilayah sulawesi selatan lebih dulu, kedatangan kelompok masyarakat ini, To Ugi, yg kemudian menetap, mendiami dan mengembangkan kebudayaan mereka, Bugis, di sekitar ussu-cerekang, datang belakangan. Namun kelompok masyarakat baru ini, adalah kelompok masyarakat yg sama sekali tidak punya keterkaitan sosial, apalagi geneakologis, dengan masyarakat yg ada di sulawesi selatan sebelumnya. Jarak waktu keberadaan kedua masyarakat ini, mendiami wilayah di sul-sel pun cukup jauh, terpaut sampai rentang ratusan tahun, atau mungkin lebih. Gelombang kedatangan masyarakat baru ini di sebut sebagai Deutro Melayu atau Melayu Baru, yg membedakan mereka dengan gelombang kelompok masyarakat yg lebih awal, yg d sebut sebagai Proto Melayu, atau Melayu Tua. Karena itu, dalam sejarah antropologi di nusantara, suku Bugis dimasukkan kedalam kelompok masyarakat Deutro Melayu dan suku Toraja dimasukkan kedalam Proto Melayu.
Keterpisahan secara sosial dan geneakologis ini dpt lihat dari :
– Tidak pernah ada pengetahuan yang sifatnya turun temurun yg dituturkan oleh orang-orang tua kami d ussu-cerekeng bahwa leluhur mereka berasal dari Toraja. Budaya masyarakat Toraja yg di pegunungan memang juga sangat asing bagi mereka yg memiliki budaya pesisir yg maritim. Karena itu, leluhur mereka, yg ada dalam tradisi tutur dalam masyarakat ussu-cerekeng adalah, pengelana lautan, yg pusat tokohnya ada pada Sawerigading, pangeran Luwu yang pergi mengelana dan mengalami perang laut selama tujuh kali. Di kampung kami orang tidak pernah mempertautkan masa lalu mereka dengan terminologi Lakipadada, Tongkonan atapun bahasa Tae’. Masa lalu mereka hanya terpaut pada, Batara Guru dan keturunannya, Perahu La Welenreng yg digunakan oleh Yang Mulia Sawerigading mengelana dan bahasa Bugis. Sederhananya, masyarakat ussu-cerekeng, masyarakat pembentuk budaya dan Kerajaan Luwu, kerajaan bugis pertama d sulawesi selatan adalah kelompok masyarakat yg terpisah secara sosial dan genekologis dari masyarakat yg sdh ada sbelum mereka. Karena pengetahuan dan budaya mereka yang lebih maju, seperti dalam hal bercocok tanam, menciptakan wahana mobilisasi di perairan, organisasi sosial dan tentu saja persenjataan untuk melindungi diri mereka, maka hal tersebut memungkinkan mereka memegang kontrol atas daerah pesisir, yg tentu sj secara ekonomi politik sangat menguntungkan.
– Paduka Colliq Pujie – Arung Pancana Toa, sangat jelas menunjuk negeri Luwu sebagai negeri asal usul leluhur mereka, dimana disebutkan daerah ussu-cerekeng pada awal-awal sureq I La Galigo. Seperti kita ketahui, beliau adalah bangsawan tinggi Tanete – Barru, yg dimakamkan d pemakaman raja-raja Bone di Lamuru. Beliau menyampaikan pertama kali tradisi tutur tsb kpd Matthes, misionaris Belanda, pd abad 19. Bs anda bayangkan sendiri, jika pengetahuan tersebut tidak kokoh secara turun temurun, tdk mungkin beliau akan menyebut ttg ussu dan cerekeng, mengingat sampai saat ini pun masih bnyak orang di sul-sel yg tdk mengetahui dimana tempat tsb. Jika memang leluhur orang-orang Bugis, yg diawali dari Luwu, berasal dari Toraja, seperti yg sebagian org pahami, maka seharusnya Paduka Colliq Pujiemungkin menunjuk salah satu daerah d Tana Toraja, semisal Sangalla atw Sa’dan, atau apa saj. Tp sayangnya sejarah tdk menjelaskan demikian.
– Bahwa kemudian pada perkembangan selanjutnya, ketika Kerajaan Luwu semakin besar dan luas, dinasti yg berkuasa kemudian melakukan perkawinan dengan berbagai suku yg ada di sul-sel, termasuk suku Toraja, untuk membentuk aliansi dan memperkokoh hegemoninya, tentu sj hal ini sama sekali benar, karena sejarah memang menjelaskan hal tersebut. Di bagian manapun peradaban di dunia ini, proses sosial seperti ini dilakukan oleh para klan-klan atau raja-raja yang berkuasa. Mengingat cerita tentang Sawerigading jg ada pada bnyak budaya d sulawesi, bukan cuma sulawesi selatan, maka berpijak pada perspektif sebelumnya, raja-raja Luwu belakang secara genekogis hampir pasti merupakan himpunan dari sekian banyak budaya kelompok masyarakat. Inilah yg menjelaskan mengapa Christian Pelras, dalam The Bugis, mengatakan bahwa bangsawan Luwu umumnya polyglot, dpt berbahasa lebih dari satu bahasa, namun tetap mempertahankan menggunakan bahasa Bugis sebagai bahasa resmi kerajaan, sebagai warisan budaya mereka yg akarnya berasal dari ussu-cerekeng, ‘ware’ negeri Luwu pertama kali.
itumi jg sy bingung cappo,tp intinyi semua sama darita, coba cari tau maccapai yg di ceritakan di sureq lagaligo dgn majapahit yg ada d kolut sultra.semoga bisa menjadi entri poin yg baik terhadap sejarah.. sebab polemik ini msh kontroversi anatara majapahit jawa dgn majapahit tenggara, sebagai generasi muda yg sdikit terpelajar kita bisa membuka khazanah berfikir kita akan sebuah sejarah dan kita letakkan pada porsinya, walaupun itu tidak lepas dari sebuah subyektifitas berfikir kita, minimal menyatukan persepsi dalam sebuah persfektif budaya wija to luwu tanpa mengesampingkan esensi sejarahnya…… salam dari tenggara
intix daeng,, Toraja itu bukan bagian dari Luwuk melainkan sebaliknya karena toraja adalah suku tertua di sulawesi selatan. toraja dan luwuk digabung dalam satu wilayah pemerintahan pada masa pemerintahan bel
Toraja tergabung dlm 12 anak suku Luwu bung, ^_^
Kalau menurut cerita orang tua…kerajaan yang ada di Sul-SEL asalnya dari Sangalla/Toraja dan hal tersebut di akui oleh keturunan mereka sampai saat ini…jadi ada 4 bersaudara yang lahir di sangalla dan hanya satu yang tinggal di sangalla/toraja yang 3 berpencar ke
1. Luwu
2. Bone
3. Gowa
Kalau sy sih liat RUMAH ADAT SULAWESI SELATAN mi sj deh, pasti itu mi suku tertuanya sulawesi
Maaf Saudara-saudaraku semua, sy mau comment sedikit mengenai hal ini…
sejauh yg saya tau dan harusnya kita pahami bahwa tidak ada istilah anak suku, bapak suku ataupun nenek suku,,,,,dari bahasa sudah beda, rumah adat suda beda, ukiran suda beda, baju adat suda beda, jadi suku tetaplah suku masing2. Tetapi kita semua adalah satu yakni Bangsa Indonesia.
Cuma yg saya pahami adalah asal muasal Raja-raja di daratan sulawesi selatan khususnya baerasal dari Toraja, (silahkan baca mengenai silsilah To Manurung) dan jauh sebelum to Manurung ada, memang sudah ada masyarakat atau manusia yg mendiami wilayah tersebut. jdi tidak pernah kita kenal bahwa di Tana Toraja berdiri satu kerajaan, tetapi tidak pernah pula kita ketahui bahwa Tana Toraja pernah dijajah oleh satu Kerajaan terlebih ditakklukan oleh kerajaan lain, krn pda dasarnya Raja-raja di Sulawesi selatan tau jika asalanya dari Toraja sendiri. Yang saya pahami dan yakini jika melihat dari Rumaha adat dan budaya mengenai suku yg ada di Sul-Sel adalah suku Toraja yg paling tertua di daratan Sulawesi Selatan.
saudara la welenreng, anda lebih faham tentang Luwu
Saya setuju dengan saudara Siklen dan Eben bahwa Toraja suku tertua karena peta wilayah tertua yang pernah dikeluarkan oleh para budayawan luar mengatahkan bahwa wilayah Toraja meliputi : Toraja (Palu) dan Donggala bahkan masuk teluk Tomini), Toraja Poso (Poso, Tengah, Teluk Tolo), Toraja Koro (Sungai Koro, Tentena) dan Toraja Sa’Dan (Mamasa, Ma’kale, Rantepao, Sanggalla dan Palopo).
saya setuju dengan pendapat bahwa suku toraja adalah yang tertua dan mungkin perlu d ketahui bahwa suku toraja tidak pernah mengakui memiliki raja melainkan hanya puang yang berkuasa atas wilayah kecil…..oleh karena itu toraj sangat sulit d kuasai dengan cara diplomasi karena tidak memiliki seorang raja…say orang toraja asli dan say selalu mendengar cerita ini dari orang2 tua d daerah saya
Kebudayaan yang ada di toraja adalah kebuadayaan yang tertua yang ada disulawesi. bisa dilihat dari tempat, cara hidup dan
adat istiada dari masyraka toraja, orang luwu adalah salah satu turunan orang toraja mereka berkolaborasi denga masyaakat
sekitarnya sehingga suatu titik tertentu mereka medapat pengaruh yang besar sihingga bisa medirika suatu kerajaan, dan bisa
berhasil didaerahnya, tetapi disanyangkan banyak yang tidak senang dan tidak terima dengan hal ini sihingga membuat suatu
yang dapat menyesatkan. Setiap orang memilik ibu dan ayah maka durhakalah kita jika tidak mengakui orang tua kita.
contohnya bahasa toraja dan bahasa ta’e, bahasa ta’e dikatakan dalam versi lain adalah induk dari bahsa toraja tetapi
sebaliknaya. bahsa torja adalah induk dari bahsa ta’e
bahasa yang digunalan orang toaja adalah bahsa toraja yang melahirkan bahasa :
1. bahasa kalumpang
2 bahsa mamasa
3 bahsa ta’e (yang terdiri dari 4 diaelk :rongkong. luwu timur laut, luwu selatan, bua)
4 talondo’
5. Toala” (terdiri 2 dialek : toala’ dan Palili’)
Dari sini kita bisa abil sebagai satu patokan bahwa toraja memilikni beberapa anak yang menjadi suku suku yang ada
diseiktarnya dan tersebar disulawesi.
bahsa toraja bukan anak bahasa ta’e yang ada di luwu tetapi tetapi bahsa toraja adalah induk dari bahsa ta’e yang ada diluwu.
itu bisa dibuktikan pada daerhnya masing masing contonya pemakain kata E pada torjaa sagatlah kental, tetapi pada orang luwu
tidak kental. jadi sangat tidaklah benar kalau luwu melahir 12 suku termasuk suku toraja, malahan sebaliknya. toraja melahirkan
suku suku dan masyarkat yang ada disulawesi, termasuk masyarkat luwu.
wotu merupakan peradapan tertua yang ada luwu itu bisa anda lihat dari penelitian anda sendiri
kalau wotu mengatakan bahasa ibu yang mereka punya adalah bahasa ta’e itu benar, tetapi sekaerang karna pengaruh
kerajaan bugis maka kebanyan mengunakan bahsa bugis.
initinya adanya pergesekan antara 2 budaya yang tidak dapat dibentung oleh wotu,
artinya wotu tidak dapat mepertahankan budaya yang dimilikinya karena bukan suatu badaya yang murni, atau hanyalah
intergral dari bahsa toraja.
karna luwu hayalah interal dari torja maka orang luwu tidak bisa memgatakan dia adalah satu suku yang ada di dataran
sulawwesi, dia bukan suku bugis, bukan suku toraja karna suku luwu adalah integral dari suku toraja dan suku bugis, sehingga
merka jika ditanyak malah bingung. termasuk yang menulis bog ini.
sebaiknya sebelum menulis blok seperti ini anda harus menulis pencarian jati diri Masyarakat luwu. agar bila orang lain
bertanya dapat menjawabnya Sapo
kalau anda katakan toraja adalah Macoa itu mukin benar, tetapi kalau anda katakan itu toraja memberikan kepercayaan kepada
luwu untuk bergabung dibawah pimpinan toa ware’ itu perlu pembukitan yang didasari penelitian yang epiris,
toraja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan anda perlu ketahui di toraja tidak memilik raja yang artinya mereka
memilik pemimipin2 sendiri sendiri yang ada disetiap daerah, contohnya sanggalla itu merupakan satu bagian terkecil yang ada
ditorja yang dipimpin oleh puang sanggalla.
toraja sangat susah untuk ditaklukan, itu bisa diliahat dari alamnya, kalau kerjaaan luwu itu akan lebih memilih untuk
menggukukan diri didaeah pesisiran dari pada di daratan tinggi, (anda sendiri sudah memenelitinya). itu bisa kitalihat bahwa
sahnya peradapan yang dimiliki kerajaan luwu adalah peradaban yang baru tidak seperti halnya toraja.
masalah pembagian belanda sebagai patoka, wah itu sangat dangkal sekali, belanda membagi sepeti itu agar mempermudah
mereka untuk mengontrol dalam satu wilaya geografis,
kalau anda ibaratkan seperti indonsia mempunyai susu suku, coba anda simak, kata anda
indonsia tiak melahirkan suku tetapi terbentuk oleh suku suku.
jadi kita simpulkan luwu terbentuk dari orang2 toraja dan suku bugis dan suku2 yang ada disekitarnya.
Luwu ada hubungan dengan toraja masa lalu, iya. luwu ada pengaruh di toraja masa lalu iya, karena bisnis kopi di toraja yang di perebutkan dengan bugis. tapi kalau toraja adalah bagian kekuasaan dari luwu apalagi menjadi anak suku dari luwu, saya rasa itu adalah opini masa kini yang di kembangkan luwu untuk mengembalikan kejayaanya masa lalunya. dari cerita orang tua secara turun temurun tdk pernah ada kisah bahwa toraja bagian dari luwu. dari bebrapa artikel dari sejarawan tidak pernah di tuliskan tentang itu. kecuali artikel diatas. yang ada adalah hubungan timbal balik antara penguasa masa lalu.
itu buatan belanda dengan tujuan tertentu termasuk intrik pecah belah dan tujuan misionaris,
di wilayah sulawesi selatan dalam sejarah nusantara. berdasaran sure’ I Lagaligo merukkan bahwa Luwu adalah kerajaan Purba/tertua. saya tidak menampik bila sangalla atau toraja secara umum adalah sebuah kerajaan tersendiri, tetapi tidak bisa ditampikkan bahwa luwu memang menguasai beberapa wilayah. Nenek ibu saya adalah cucu dari Makole bangke Lamusa yang berada di Sulewasi tengah (pamona selatan) juga merupakan kerajaan tersendiri akan tetapi setelah terjadi penaklukan, maka masuklah ia kedalam wilayah Luwu. tetapi sekarang secara administratif masuk dalam wilayah sulteng. Pemecahan beberapa wilayah kerajaan menjadi kabupaten tidak lepas dari peran Kolonial belanda.
Solata selessureng apa bisa minta no HP? saya tertarik dengan kisah mokole bangke Lamusa, tks
anda siapa dan dari mana?
saya dari lamusa, mau melacak sejarah lamusa, apa bisa dijelaskan lebih lanjut soal nenek dari ibu solata, tks
Lakipadada (tomanurung dr Toraja) kawin dengan seorang putri Raja Gowa yang bernama Karaeng Tara Lolo dalam dalam perkawinannya itu melahirkan 3 orang putra masing-masing :
Patta La Bantan, berkuasa di Tondok Lepongan Bulan (Toraja) dengan gelar Matasak Ri Lepongan Bulan.
Patta La Merang, berkuasa di Gowa dengan gelar Somba Ri Gowa.
Patta La Bunga, berkuasa di Luwu dengan gelar Payung Ri Luwu
Dalam sejarah ketiga putra Lakipadada tersebut yang menguasai ketiga rumpun suku besar di Sulawesi Selatan pada waktu itu (akhir abad XIV), yang dikenal dalam sejarah Toraja sebagai Tallu Botto (Tallu = tiga, Botto = puncak penguasa), yaitu Suku Toraja, Suku Makassar, Suku Bugis.
Sebelum menggunakan kata TANA TORAJA, Tana Toraja terkenal dengan nama TONDOK LEPONGAN BULAN TANA MATARI’ ALLO (tondok= negeri, lepongan= bulat/ utuh/ kesatuan, bulan= bulan, tana= tanah, matari’= bentuk, allo= matahari), yang berarti NEGERI DENGAN BENTUK PEMERINTAHAN DAN KEMASYARAKATAN YANG MERUPAKAN SUATU KESATUAN YANG UTUH – BULAT BAGAIKAN BULAN DAN MATAHARI.
Kata TANA TORAJA (tana= tanah, toraja berasal dr bahasa bugis “to riaja”= orang yg tinggal di daerah tinggi, karena wilayah toraja yg terletak di dataran tinggi) baru dikenal sejak Abad ke-17 yaitu sejak daerah ini mengadakan hubungan dengan beberapa tetangga di daerah Bugis: Bone, Sidenreng dan Luwu.
alkisah dulu orang pertama kali dtg di Toraja menggunakan perahu (bamba) dgn berkelompok. setiap kelompok dipimpin oleh Ambe’ (Bapak pemimpin). mereka berlayar mengikuti sungai2 besar hingga mereka tersangkut di suatu daerah & tdk dpt lagi melanjutkan perjalanan dgn perahu mereka. pimpinan kemudian diambil alih sendiri oleh Puang (pemilik) dari perahu. u/ membuat tempat tinggal sementara, mereka merombak perahux menjadi tempat tinggal (mungkin inilah sebab atap tongkonan berbentuk seperti perahu, pengetahuan sy belum sampai ke detil rumah tongkonan). wilayah tempat mereka tersangkut & membangun tempat tinggal kemudian diberi nama Bamba Puang (nama tsb dipertahankan hingga kini). u/ menjaga harmoni di Bamba Puang, para puang dipimpin oleh seorang pemimpin yg menjaga keteraturan kehidupan wilayahx dgn menerapkan aluk (aturan sosial/ hukum masyarakat/ kepercayaan/ keyakinan). di awal tahun 1000-an Tangdilintin seorang puang pemilik Tongkonan (dulu hanya pemimpin yg punya tongkonan) keluar dari perkampungan Bamba Puang karena tdk setuju dgn pimpinan yg lalim pada masa itu. pimpinan kala itu tdk lg mengindahkan kehidupan yg harmoni sebab tidak mengindahkan aluk. Tangdilintin kemudian memindahkan tongkonannya ke daerah Marinding dan membangun pemerintahanx di sana dengan mengetengahkan aluk. wilayah pemerintahan tangdilintin dinamakan TONDOK LEPONGAN BULAN TANA MATARI’ ALLO. aluk bisa ditegakkan dengan bantuan seorang pendeta aluk dari wilayah mamasa. nama aluknya adalah aluk sanda pitunna (aluk 7777) sebab terdiri dari 7 tiang yg menopang/ mengatur kehidupan. aluk tertinggi yaitu tntang ketuhanan yg dilambangkan dgn matahari (Bare’ Allo), hanya perlambangan teman2, bukan berarti aluk menyembah matahari. sehingga semua tongkonan dengan lambang ukiran Bare’ Allo termasuk ke dalam wilayah pemerintahan TONDOK LEPONGAN BULAN TANA MATARI’ ALLO. aluk sendiri adalah kepercayaan animisme. pada masa orde baru, setiap penduduk Indonesia diwajibkan memilih 1 dari kelima agama (Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha). ada undang2 nya itu teman2. akhirx aluk digolongkan ke dalam Hindu Dharma (ajaran Hindu), meskpun tidak sedikit para tokoh adat menentang penggolongan ke dalam Hindu tsb. di sejarah agama dunia jg dicatat memang benar bahwa Hindu adalah agama yg lebih dulu menyebar masuk ke Indonesia (mayoritas masih dipeluk saudara2 kita di Bali. skalipun beda kepercayaan qt smua mmg saudara kan? itulah mengapa Bhinneka TUnggal Ika dikumandangkan para Founding Father negara Indonesia). NO SARA please ^_^.
bahasa toraja punya banyak dialek di semua wilayahnya. bahasa tae’ termasuk ke dalam salah 1 dialek bahasa toraja. bisa dicek kebenaranx di situs2 tentang sejarah toraja (ada jg di wikipedia) yg referensinya dr ethnographist Eropa (kebanyakan Belanda & Jerman yg dtg meneliti budaya Toraja).
Ethnography sendiri adalah desain penelitian kualitatif (metode penelitian yg umum digunakan teman2 qt di bidang nonexact) yg mendalami culture/ budaya suatu wilayah dgn ciri khas sang peneliti harus tinggal hidup di wilayah yg diteliti selama selang waktu tertentu. semakin lama & jauh peneliti terlibat langsung dalam kehidupan masyarakat setempat, semakin trustworthy hasil penelitianx. dlm penelitian kuantitatif (metode penelitian yg umum di kalahangan exact) istilah trustworthy ini disebut dengan validitas.
sy seorang perawat yg bergerak di pendidikan. asli suku Toraja. lahir di Kolaka, Sulawesi Tenggara. TK sampai SD kelas 2 di Kendari. SD smpai tamat SMP di Palopo (SDN 527 Sawerigading, SMP 2 Palopo). SMA 2 Tinggimoncong (Malino) Kab Gowa. sarjana keperawatan & profesi Ners dari unhas. setelah tamat dr unhas hingga saat ini sebagai dosen tetap di yayasan yg menaungi sekolah tinggi kesehatan di kota Sungguminasa, Kab Gowa. sekarang sedang lanjut studi program Magister Ilmu Kperawatan Unhas. jd sy pux pengalaman hidup sebagai org toraja, tolaki & Muna (sulawesi tenggara), luwu, bugis, makassar. pemilik yayasan t4 sy kerja msh termasuk keturunan bangsawan Gowa, beliau cucu dr Karebangun (sodarax Karebosi yg namax diabadikan jd nama lapangan terkenal di Makassar). salah 1 topik menarik yg kami (sy & yayasan) pernah bahas d luar urusan pengelolaan institusi pendidikan adalah sejarah sulsel. kami bertukar wawasan ttg sejarah. dr apa yg beliau ketahui dr cerita turun-temurun di keluargax & dokumen sejarah yg ada di Balla Lompoa (istana raja Gowa), nenek moyang org Gowa berasal dr Toraja.
sharing daeng ebenknhyghe (maaf jika panggilan daeng kurang tepat, mohon dikoreksi) tentang analogi pisang dr keturunan lakipadada sgt membantu meningkatkan pemahaman sy ttg brotherhood keturunan Lakipadada.
yuuk mendalami & menghayati sejarah. keilmuan sy yg perawat tergolong eksakta. skalipun sy org eksakta yg cenderung praktis berpikir, tp klo tdk diseimbangkan oleh pengetahuan sosial (termasuk culture/ budaya) maka saya akan jd orng yg pikiranx terkotak2, tdk melihat kehidupan yg sesungguhx terkoneksi satu sama lain. sama seprti halx keberadaan suku2 d sulawesi yg sesungguhx punya hubungan darah/ persaudaraan. itu sebabx sy tetap sukacita bekerja di tanah Makassar (Kab GOwa) sekalipun darah saya murni Toraja, kalo pulkam sy ke Palopo krn orang tua bekerja & tinggal di Palopo.
belajar sejarah yg scientific, sesuai dokumentasi ilmiah itu menyenangkan. mari saling mengasihi, menghargai, melindungi satu sama lain. sebab sesungguhx qt bersaudara.
Setuju….
tabe, saya mau tanya
1.bahasa apa yang dipergunkan batara guru atau la galigo
2.anda meyatakan menurut kitap, batara guru dan laga ligo, yang artinya tulisan, atau aksara aritnya ada bahasa,bahasa apa yang ditulis dalam kitab laga ligo
3.anda katakan nenek moyang orang toraja dan luwu itu datangnya satu jaman dalam kitab laga ligo artinya datangya baru, karena sudah mengenal tulisan.
4.siapa yang tua antara kerajaan sriwijaya, majapahit dan suku toraja
terbentunya kerajaan luwu itu merupakan budaya baru, yang ada didaerah sekitarnya, yang membentuknya adalah suku toraja suku bugis dan suku2 yang ada didaerah sekitarnya kalau anda menyakakan prokem itu sah sah dan saya setuju
contohnya indonesia dibentuk oleh suku suku yang ada dijawa, disumatra, dikalimantan, sulawesi dan daerah lainya. sama kan yang artinya luwu itu bukan suku tetapi terbentuk dari beberapa suku yang ada di sekitarnya bukan melahirkan suku suku yang ada disekitarnya
anda sudah tersesat kalau anda menyatakan melahirkan suku2 yang ada disekitarnya. dan boleh dikatakan durhaka kalau tidak mengenal siapa ibu dan bapak mu
Mohon maaf tulisannya membingungkan…
Menurut Panda Harahap dan L. Pakan dalam bukuknya Rangkaian Tanah Air Toradja (diterbitkan sebelum andanya negara RI) dan D. Reedveldt Boer dalam laporannnya: Memorie van Over gave den afredenden Asistent-Resident van Loewoe,tanggal 5 juli 1913. Serta hasil penelitian Dr. H. van der venn (pakar bahasa) peneliti bahasa dan budaya di sulawesi pada akhir tahun 1800-1955 berpendapat bahwa:
Suku yang berdiam di pulau sulawesi bagian tengah disebut suku Toraja, yang terbagi atas 4 golongan besar, yaitu:
1. Toraja Barat: Kulawi, Kaeli, Sagie, To Napu, To Besaa, To Bada, Rampi dan Leboni
2. Toraja Timur atau Toraja Bare’e berada di Poso
3. Toraja Bungku-Mori di Luwuk, To Laki di Kendari dan Kolaka, To Mengkoka
4. Toraja Selatan atau Toraja Sa’dan atau Toraja Tae’, yang berada di daerah Makale-Rantepao, Mamasa, Duri, aliran satu (sungai) Noling (jenne maeja) dan aliran sungai Lamasi dan di onderafdeling Masamba.
Sedang penduduk pantai luwu (To Luwu) dan Malili oleh D. Reedveldt Boer dikatakan juga seketurunan dengan Toraja hal yang sama nyata sekali dari bahasa dan adat istiadatnya.
———
Namun pada zaman sekarang, hanya daerah Makale – Rantepao (Kab. Tana Toraja dan Kab. Toraja Utara) yang mengaku sebagai suku Toraja??
Hasil penelitian mereka tidak bisa kita sepelehkan karena pada zaman tersebut belum banyak perubahan bahasa dan adat istiadat di tiap2 daerah tidak seperti sekarang ini.
Jika kita perhatikan perkembangan di sulawesi saat ini yang mengaku sebagai suku Toraja hanya Rantepao-Makale (kab. Tana Toraja dan kab. Toraja Utara). Jika di analisis lebih lanjut maka salah satu penyebabnya sehingga hanya wilayah Rantepao-Makale dan sekitarnya saja yang mengaku suku Toraja adalah karena:
1. Pemisahan administrasi pemerintahan RI (pembagian kabupaten dan Provinsi)
2. Perbedaan dan fanatisme agama sekarang dan agama leluhur (Islam, Kristen, Aluk Todolo)
3. Adanya pengaruh kuat dari kebudayaan luar terkecuali orang yang tinggal di wilayah Toraja sekarang
Namun demikian jejak-jejak suku Toraja di masing2 daerah masih ada pada kemiripan bahasa tetap ada karena salah satu aspek dalam kebudayaan yang paling susah berubah dalam kebudayaan adalah aspek bahasa.
Beberapa arti kata menurut Kamus Toradja – Indonesia 1972 (disusun pada tahun 1926) oleh H. Van der venn (peneliti bahasa di sulawesi) dan J. Tammu (budayawan)
1. Luwu berarti:
– berasal dari kata luu (terucap luwu): menunjukkan tempat artinya ke/di sana.
– berasal dari kata lau.(terucap lawu)=loo: pergi, meninggalkan
– berasal dari kata lu: 1. menunjuk arah sebelah timur (atau barat, dll), 2. arah kepada.
Dari pengertian ketiga kata diatas maka maka dapat disimpulkan bahwa kata Luwu berarti pergi meninggalkan kearah sana atau ke sebelah sana. To Luwu berarti orang yang pergi meninggalkan kearah sana atau ke sebelah sana. Karena itu dalam pengertian budaya Toraja berarti pergi meninggalkan budaya Aluk dan pemali (agama leluhur dan aturan hidup Tongkonan) ke arah tempat lain dalam arti keluar dari kehidupan adat-istiadat Toraja yaitu Aluk dan pemali (agama dan aturan kehidupan Toraja) pada zaman dulu.
Hal tsb sejalan dengan cerita2 nenek moyang orang Toraja dan daftar silsilah beberapa tongkonan di toraja yang yang menyatakan dan membuktikan bahwa leluhur2 orang luwu berasal dari beberapa tongkonan di toraja seperti keturunan Datu Luwu berketurunan/berasal dari Tongkonan Manaek di Siguntu’ di kab. Toraja Utara makanya pada beberapa tahun yang lalu pada acara ritual Mangrara Banua (prosesi pentahbisan/acara selesainya pemungaran tongkonan) dihadiri oleh keturunan Datu Luwu karena nenek moyangnya berasal dari tongkonan tsb.
2. Arti kata Palopo berarti: 1. zat yang menggemukkan atau menggemburkan, 2. tanah gemuk atau makmur. Seperti kita ketahui bersama bahwa memang kenyataannya kota Palopo dan sekitarnya merupakan tanah tersubur di prov sulsel.
3. Arti kitab Lagaligo: 1.La = akan, mau, hendak 2.Galigo=bercakap angin, berceloteh (ttg anak). (Hal ini dibuktikan oleh pakar budaya bahwa kitab lagaligo adalah karya sastra). Jadi pengertian Lagaligo berarti cerita yakni sebuah karya sastra
4.Batara =(bhs ritual;langit, Datu (Toraja=raja, kiasan mulia, suci)
5.Sawerigading (Toraja=Sau ri Gadeng)= 1. Sau=Keluar/dihembuskan. 2. Ri (bhs sastra toraja=dari,di. 3. Gadeng= bambu aur. Jadi kata Sawerigading berarti dihebuskan dari puputan/suling bambu aur.
Yang secara umum berarti cerita lagaligo pada zaman dahulu diceritakan diiringi oleh oleh bunyian keluar dari seruling bambu. Hal seperti itu masih dapat disaksikan ditoraja dimana pada pada ritual adat di daerah tertentu cerita2 nenek moyang dilantunkan(diucapkan dengan irama tertentu dan diiringi oleh bunyi seruling bambu.
Subungan dengan tulisan blog ini yang mengatakan bahwa termasuk Luwu sangat tidak masuk akal (tidak ilmiah).
Jangan lupa bahwa kebudayaan Toraja dimulai dari zaman megalitik (bukti fisiknya banyak berserakan di Toraja). Seperti yang dinyatakan oleh A Munandar budaya UI bahwa ciri2 kebudayaan tua Austronesia (terdiri dari: asia tenggara, kep. pasifik, madagskar, dll) seperti: adanya bangunan megalitik, penguburan di batu, sawah bertingkat2, mengenal pengolahan besi/emas, beternak babi,kerbau dll. Semuanya ada di Toraja sekarang. Ini berarti Toraja jauh lebih tua dari wilayah luwu krn ciri2 kebudayaan austronesia tidak terdapat di luwu yang berarti luwu masih sangat muda.
Jadi menurut kesimpulan saya bahwa orang Luwu itu nenek moyangnya berasal dari suku Toraja jadi bertolak belakang dengan tulisan dalam blog ini
Ok..Semoga bermanfaat…
Kalau Toraja sebagai bagian dari daerah luwu (kerajaan Luwu), sepertinya tidak seperti itu, tpi kalau belanda membagi daerah administratif utk “mempermudah” mengatur kekuasaan, Sehingga Toraja dimasukan sebagai distrik dari kabupaten Luwu dengan Ibukota Palopo itu sangat mungkin. Dari literatur Toraja daerah Toraja pernah terjadi konflik beberapa kali dengan suku bugis (Bone) dan tidak ada literatur mengenai kekuasaan kerajaan Luwu di daerah Toraja. Kalau untuk hubungan dagang ya pasti sangat mungkin terjadi, seperti halnya hubungan dagang Toraja dengan Bone atau Toraja dengan Jawa. Tapi memang ada beberapa bangsawan (Bugis Luwu) yang memperistri wanita Toraja dan mendiami daerah Toraja dan menjadi Puang didaerah tersebut. Salah satu-nya adalah kakek moyang saya(keturunan bangsawan Luwu) yang memperisti wanita Toraja yang melahirkan Kapuangan di To’Barana (Toraja Utara), kami punya benda pusaka yang sama dengan Kerajaan Luwu. Trisula “kembar” (sama persis dengan Yg dipunya Kerajaan Luwu)
kalau saya seh lihat Rumah Adat Sulawesi Selatan mi sj. pasti itu mi suku tertua
Kalau di lihat dari peradabannya memang orang toraja adalah suku tertua. Saya orang uluwai parombean (enrekang)
Tabe..
Kalo mamaku bilang kami orang Palopo
Keturunan Puang Naruru.
Aku lupa yg uluwai apa ulusalu. Apakh itu sama ato beda.
Apa kita kenal?
Bisa dijelaskan? Karena aku termasuk orang yg blm paham asalusul. Sedikit malu karena tidak bisa bahasa bugis ataupun Tae, pdhl saya mengaku orang Palopo
Terimakasih
TABE ªǟ bnar saat terjadi perang saudara antara bugis dan toraja! Byk orang toraja diperjualbelikan sebagai budak pada masa petta Arung Palakka?
Itu benar, karna itu fakta. Bone pernah menginvasi toraja benar, tapi luwu menguasai toraja apalgi masuk dalam 12 suku luwu. waw…. luar biasa… sesat…
Suku Toala, Sulawesi
Suku Toala atau suku Pannei, adalah nama suatu kelompok masyarakat adat yang terdapat di kabupaten Pangkep dan kabupaten Maros provinsi Sulawesi Selatan.
Suku Toala adalah penduduk asli Sulawesi Selatan yang mendiami desa Leang Pata’E di Lomoncong yang terletak di ujung kabupaten Maros provinsi Sulawesi Selatan. Suku Toala sendiri menjadi masyarakat minoritas di desa Leang-leang yang secara mayoritas dihuni oleh suku Bugis yang hidup dari pertanian kebanyakan menggarap sawah dan beternak. Selain itu komunitas suku Toala ini juga terdapat di kabupaten Pangkep dan kabupaten Polewali Mandar. Suku Toala, di daerah kabupaten Pangkep dan kabupaten Polewali Mandar lebih dikenal dengan sebutan suku Pannei.
(Silahkan baca selengkapnya [d̲̅i̲̅] suku pannei [d̲̅i̲̅] sulawesi selatan)
Setelah baca silahkan orang luwu n toraja merenung dari siapa mereka ªϑª [d̲̅i̲̅] sulsel!
Pisssss
bagi link nya om pengen baca
Khusus buat. Orang2 toraja Ɣª tdk merasa masuk dlam keturunan luwu tdk ªϑª slahnya membaca ini supaya lebih jelas mas broooo
( “Mengkaji Asal Muasal Kesatuan dalam Keberagaman – putera belawa”)
Selamat membaca……
Linknya please
sy perna baca. Dulu beberapa ribuan thn lalu, dataran sulawesi masih digenangi air laut. Hanya pucuk gunung Latimojong yg muncul. Oleh karena ituh nenek moyang org toraja naik perahu dari dataran cina ke Toraja menyusuri sungai Sa’dan. Akhirnya mreka sampai di Bamba Puang skrg msk Kab Enrekang. Dari situlah rumah Tongkonan menyerupai Perahu. Trus Dari Bamba puang mreka tersebar ke Tondok lepongan bulan. Menurut yg sy baca. Wktu i2 sktr 5000thn SM. Jdi sampai pada saat ini 7000thn. Nah dgn fakta ini sy ambl kesimpuan, suku torajalah yg tertua di dataran sulawesi.
Trus beberapa ribu Tahun kemudian dataran sulawesi msh tergenang air, yg kelihatan adalah pucuk gunung latimojong, pd wkt i2 Tomanurung Tamboro Langi menginjakkan kaki di Toraja. Tamboro Langi inilah yg melahirkn ke 4 kerajaan di sulsel yakni.
Somba ri Gowa.
Mangkau ri Bone
Payung ri Luwu
Matasak/Matase’/Ti’no’ ri Toraja.
Mengapa Toraja di gelar Matasak/Matase’/Ti’no’? I2 artinya smua kerajaan di sulsel tanpa adanya dara Toraja mengalir di dlm tubuh mereka, i2 tdk Asli.
aldy on.
Iya betul skali apa yg anda katakan. Berarti anda keturunan Baco’ Tomassoyan dari Toraja. Umbara mini domai.? Sy jg keturunan beliau dari Tongkonan Lempangmai di Nanggala Toraja Utara.
to andi tomassoyan saya cucu y.lempang
Urruuukuebendoooeeeee……………………masai maro kudaka ko sampu, umba bang muolai………………………….wkwkwkkwkwkwwkwk
Taddampengnge’ ka sappo…
Sebagai sebuah perspektif dari sebuah pemikiran, sy menghargai apa yg sdr.ku Ijal kemukakan. Termasuk perspektif sdr2 sy yg lain. Namun sy jg sdikit ingin mengajukan proposisi mengenai ‘Luwu’ yg temanya sngat dinamis ini.
Sebagai ‘pusat historis sekaligus pusat mitos masyarakat sulawesi selatan’ (kutipan kalimat dr Buku ‘Warisan Arung Palakka’ karya L. Andaya), Luwu mmg sllu mnarik u d prbincangkan sekaligus, mungkin diperdebatkan.
Rujukan yang cukup komprehensip ttg postur masyarakat di sulawesi selatan pertama kali di kemukakan oleh Prof. Mattulada dlm bukunya ‘Sejarah dan Budaya masyarakat di sulawesi selatan’. Dlm buku tersebut, sgt jelas bhw secara umum beliau mmbagi masyarakat sulsel ke dalam 4 enit utama, yaitu : bugis, makassar, toraja dan mandar. Walaupun argumen beliau mungkin msh ada pihak yg blm puas, namun mengingat latar belakang keilmuan beliau, rasanya sgt pantas u sy jadikan pijakan.
Di dalam Lontara La Toa, salah satu sureq yg menjadi acuan utama dalam masyarakat bugis, posisi kerajaan Luwu d tempatkan sebagai kerajaan bugis tertua dari kerajaan-kerajaan bugis lain yg ada di sulawesi selatan.
Kerajaan Luwu yg tercatat di dalam sejarah adalah sebuah entitas wilayah yg terbentuk oleh 12 sub ethnical group, al : To Ugi, To Ware, To Ala, To Raja, To Rongkong, To Pamona, To Limolang, To Seko, To Wotu, To Padoe, To Bajo, To Mengkoka.
Sementara ini teori yg menjelaskan entitas masyarakat yg mendiami nusantara, berasal dari imigrasi dari daerah utara yg datang dalam 2 gelombang waktu yg berbeda, yg disebut sebagai proto-melayu dan deutro-melayu. Gelombang imigrasi seperti ini juga terjadi di sulawesi selatan. Jika teori ini benar maka tidak cukup alasan untuk mengatakan bahwa pada masa-masa awal pembentukan masyarakat di sulawesi selatan mereka berasal dalam satu garis keturunan (genechologist).
Dalam Kitab La Galigo, kitab klasik suku Bugis, yg kl sepertiga pertama isinya bersal dr Arung Pancana Toa, bangsawan Tanete-Barru, sangat jelas menunjuk negeri Luwu sebagai tempat asal muasal leluhur mereka, suku bugis. Cerekeng, daerah tempat sang pangeran flamboyan, Sawerigading, menebang pohon untuk dijadikan bahtera yg melegenda dgn nama La Welenreng, adalah merujuk kpd sebuah daerah di Luwu Timur yg masyarakatnya brbahasa bugis, hingga hari ini. Daerah tersebut mmiliki pemangku adat yg dsebut sebagai Pua’, yg dlm struktur kerajaan Luwu mempunyai peran sebagai penasihat spiritual Datu Luwu.
Dari beberapa premis di atas, kt dpt brkesimpulan bahwa Luwu sama sekali bukanlah sebuah suku. Luwu dalam sejarah adalah nama dari sebuah kerajaan yg ada di sulawesi selatan. Karena itu pula, maka bahasa luwu, jg tidak pernah ada. Jadi baik suku maupun bahasa Luwu, keduanya adalah ahistoris. Dalam sejarahnya Kerajaan Luwu adalah sebuah kerajaan bugis. Bukti tentang itu sangatlah kasat mata dan dapat dilihat bukti2 tsb hingga saat ini. Bukti tersebut dapat dilihat dari simbol-simbol kerajaan, seperti Istana Raja (Datu Luwu), Adat-istiadat dan prosesi Kerajaan, Pakaian hingga gelar kebangsawanan, semuanya tidak banyak berbeda dengan daerah bugis yang lain. Bahasa yang digunakan dalam istana yang digunakan sebagai bahsa kerajaan pun adalah bahasa bugis.
Jadi trdapat beberapa kerancuan selama ini oleh sebagian masyarakat di Luwu dlm memahami diri mereka sendiri, yg tentu sj berimbas pada kebingungan org dari luar dalam mengidentifikasi mereka. Hal tersebut a.l. :
1. Apa yg selama ini sering disebut sebagian orang sebagai bahasa Luwu, sesungguhnya ada rumpun bahasa Tae, rumpun bahasa yg sama dengan bahasa Toraja dan Enrekang. Mengapa bahasa ini tdk memenuhi untuk dikatakan sebagai bahasa Luwu, karena :
a. Walaupun masyarakat pengguna bahasa ini cukup banyak, mereka sama sekali tidak merepresentasi seluruh masyarakat yang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Luwu.
b. Rumpun bahasa Tae’ ini lebih umum dikenal sebagai bahasa Toraja, dan saat ini suku Toraja tdk mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Luwu, yg bercorak Bugis dan Islam, begitu pun sebaliknya.
c. Dalam sejarah kerajaan Luwu pun, bahasa yang digunakan adakah bahasa bugis, baik dalam ketatanegaraan maupun dalam naskah2 kerajaan.
2. Bugis yg menjadi corak budaya kerajaan Luwu dalam sejarahnya bukanlah datang dari mana-mana, seperti yg dikira oleh sebagian masyarakat Luwu dan dikuar Luwu saat ini. Air sungai tidak akan mungkin mengalir dari muara ke hulu. Bugis di Luwu berasal dari dirinya sendiri, di Luwu lah budaya bugis itu bermula, di dibentuk, dikembangkan dan diwariskan oleh Yang Mulia Sawerigading dan beserta keturunannya, hingga reputasinya yang mendunia spt yg kt kenal saat ini. Karena itu Luwu seharusnya menjadi benteng terakhir budaya orang-orang bugis tetap harus lestari. Pammulanna sibawa paccappurenna ugie, engkai ri Luwu…… 🙂
Salamaki ta pada salama’ sappo
Bila seluruh untaian pendapat di atas dikemas kembali, maka bisa dinyatakan bahwa : makin banyak orang pintar yang sangat pandai mengekspresikan sesuatu menurut kemauannya sendiri sehingga sejarah membiak seperti kembang api di waktu malam. Habis menyala ya habis. Di sini pun demikian. Selesai menuturkan pendapatnya ya habis karena muatannya adalah kepentingan diri sendiri. Bukan menurut adanya dan seharusnya.
Hidup baru bagi sejarawan makin meragukan dan berkadar rendah dengan banyaknya celocehan seperti ini. Semoga di kemudian hari tidak melahirkan kesimpang-siuran dan kekurang-jelasan sejarah. Amiiiiinnnnnn
Komen anda kliatanx sangat tdk ilmiah dan tendensius. Smua saudara2 kt yg komen d blog ini punya kebebasan berpendapat menurut perspektif mereka masing2, dan mereka pun secara fair menuliskan landasan argumen mereka. Jika anda punya pandangan yg lain diluar perspektif yg saudara2 kita semua di sini pahami, silahkan anda paparkan, dan biarkanlah kemudian publik dan waktu yg kemudian menilai, mana diantara semua argumen yg ada d blog ini yg paling mendekati kebenaran dalam merekonstruksi realitas masa lalu menyangkut topik yg saudara Ijal paparkan.
Tindakan anda yg menjustifikasi smua org yg komen sbelum anda, dgn terminologi ‘menurut kemauanx sendiri’ dan ‘Bukan menurut adanya dan seharusnya’, tanpa sedikit pun menampilkan argumen sahih yg menopang justifikasi anda, bisa menyeret anda dalam kategori posisi yg tdk diinginkn bnyak org u tempati, kategori ‘org asal ngomong dan sok tahu’.
Tentang sejarawan, anda tdk perlu trkesan membela mereka, krn mereka adalah kelompok org2 yg sangat ilmiah, intelek dan memperhatikan nilai2 etis dalam menyikapi setiap pandangan org lain dalam memandang masa lalu. Mereka adalah kelompok org yg sikap dan karakterx sgt brtolak belakang dgn anda.
Frans bararuallo jg termasuk kelompok org2 yg sgt ilmiah dan intelek dia itu seorang dosen di atma jaya jakarta.. jd bukan org asal ngomong dan sok tau sprti yg anda katakan. Kalau ente gue kagak tau apkah ‘sgt ilmiah dan intelek atau org asal omong doang dan sok tau’… pndapat2 yg anda paparkan jg udah basi dan sarat dgn kepentinganmu sndiri. Di luwu yg menonjol toraja dan bugis, nah anda torajanya or bugisnya..?? Selesai perkara!!!!!
Duluan mana proto melayu atau deutero melayu ?????????? Duluan mana soekarno atau megawati????????? Duluan mana SBY atau Ibas?????????????? Jgn sampai penulis di blog ini mendahulukan yg muda dr yg tua
Intinya hanya satu.. Datu Luwu tidak bisa dilantik kalau tidak ada dari Tongkonan Kaero,, Sangalla’ ..
Anak Lakipadada ada 4 bukan 3 .. satu ke Gowa menikah di Gowa,, satu ke Bone,, satu ke Luwu dan Patta Lamerang tinggal di wilayah yg skrg dikenal dgn Toraja..
Rumpun TORAJA itu luas.. mulai dari Sulawesi Tengah,, bagian barat hingga Endekan (Enrekang) dan sebagian Tenggara Sulawesi…
Dahulu org2 ini tidak menyebut diri Toraja atau To Riaja atau To To.. hehee.. tapi masing2 menyebut berdasarkan wilayah tempat tinggal masing2.. To Sangalla’ ,, To Buntao’ ,, To Pantilang,, To Mamasa dan lain lain..
Rumpun Toraja sudah berusia kurang lebih 2.500 tahun yg lalu.. datang dari Teluk Tongkin China Selatan dgn perahu.. alur dimulai dari utara hingga ke pangkal Sulawesi.. falsafah bangunan menghadap ke utara.. Artinya menghormati nenek moyang yg datang dari Utara..
Rumpun TORAJA di Sulawesi,, rumpun BATAK di Sumatra dan rumpun DAYAK di Borneo masih 1 rumpun.. inilah PROTO MELAYU (Melayu Tua) penghuni pertama kepulauan Nusantara.
Ini baru ahli sejarah (sejarawan) karena pengungkapannya sama dengan yang ada di Leiden atau di tempat lain di dunia yang sudah dikenal lama. Selamat belajar yang benar, walau pun saya bukan sejarawan.
Ini baru mantab comentnya….
Dengan kualitas brpikir anda, sbenarnya anda tdk pantas mmakai gelar Raja Gowa tsb, kliatannya anda ini bukan orang Gowa dan tdk paham begitu tdk sembarangannya gelaran Somba itu bisa dipakai.
Oke, sy lanjutkan. Anda pernah tahu ttg sejarah Amerika? Atau mungkin sejarah Australia?
Siapa kelompok masyarakat pertama yg menghuni daratan Amerika? Siapa kelompok masyarakat yg mendominasi Amerika saat ini? Apakah kedua kelompok masyarakat tersebut merupakan turunan genekologis antara satu dgn yg lain?
Pertanyaan sy jg berlaku untuk Australia.
Kalau anda mengerti tentang sejarah kedua daerah tsb, anda akan tahu bahwa sama sekali tidak ada hubungannya antara, apakah anda yang datang lebih awal di suatu daerah atau anda datang belakangan, hubungannya dengan kendali kekuasaan politik bahkan peradaban, di daerah tersebut.
Sy suka gaya anda brpendapat, walaupun argumenx gak nyambung, tp ngomongx percaya diri, kliatan skali bakat anda sbg pelawak sgt menonjol.
Adapun hal2 yg tdk nyambung dr argumen anda mnurut sy adlh :
1. Apa korelasi antara profesi teman anda yg brnama frans itu sbg dosen dgn justifikasi bahwa krn sseorang hanya krn dia seorg dosen mk pastilah dia seorang yg ilmiah & intelek..?
Apakah sseorang krn dia brprofesi sbg polisi maka dia pastilah orang baik, brjuang menegakkan hukum dan musuh para penjahat..?
Atau apakah sseorang krn dia seorang anggota DPR, maka ia berjuang u memenuhi aspirasi rakyat dan mengawasi pemerintah secara seksama dlm menjalnkn tugas eksekutifnya..?
Coba prhatikan baik2 komen teman anda yg brnama frans itu, yg ada dikomentarx cuma justifikasi bahwa org2 yg komen sblum dia penuh dgn kepentingan dan cenderung tdk benar. Lalu yg dia dan anggap benar itu yg mana? Tdk ada sm skali argumen yg bs dipaparkn, cm menuduh sj. Sebenarnya dlm hal ini siapa sebenarnya ‘pihak yg punya kepentingan’ itu..?
Kl anda tdk sepakat dgn istilah ‘sok tahu’ trhadap tipe org yg brpendapat spt itu, lalu menurut anda istilah apa yg paling tepat..? Atau bgitukah standar brpendapat orang yg dianggap ilmiah dan intelek, menurut yg anda pahami saat ini..?
2. Sy kurang mengerti apa yg anda maksud dgn di Luwu yg menonjol Toraja dan Bugis…? Sy sdh katakn sbelumnya bhw Kerajaan Luwu itu adalah Kerajaan Bugis, semua simbol aristokrasinya adalah simbol2 aristokrasi Bugis. Contohnya, istana raja, yg biasa disebut sbgai Saoraja, brbentuk rumah panggung besar dan beratap pelana, bukan Tongkonan.
Bahasa resmi kerajaan yang dipakai adalah bahasa Bugis. Jadi dlm urusan ketatanegaraan dan penulisan naskah kerajaan, bahasa yg dipakai adlah bahasa Bugis, bukan bahasa Toraja, Makassar, atau bahasa yg lain.
Tentang sebagian masyarakat di Luwu yg menggunakan bahasa Tae, walaupun mirip dgn bahasa Toraja, tp mereka mengaku terdapat perbedaan diantara keduanya, dan mereka menolak dikatakan bahwa bahasa yg mereka gunakan tsb adalah bahasa Toraja. Apalagi tentang identifikasi diri mereka. Mereka, sama dengan kolega tradisional mereka spt di ussu-cerekeng, malangke, palopo, dan semua pesisir Luwu, yang masyarakatnya berbahasa Bugis, mengaku sebagai orang asli Luwu, wija To Luwu. Tentu sj mrk menolak jika d sebut sbg orang Toraja, selain krn mreka sm sekali tidak mengidentifikasi diri mereka seperti itu, adat istiadat mrk tentu sj sgt brbeda dgn suku Toraja.
Dalam sejarah, Raja Luwu, La Pattiware dg Parebbung adalah raja pertama di Sulawesi Selatan yg menyatakn dirinya memeluk agama Islam, dan selanjutnya Islam selain menjadi agama, dia jg selanjutnya menjadi identitas bagi Kerajaan Luwu dan bagi mayoritas masyarakat Luwu. Sementara suku Toraja identik dengan agama Kristen, krn mayoritas mereka adalah beragama Kristen.
Dari beberpa premis di sini, sy kemudian brtanya, apa yg anda maksud dgn ‘di Luwu yg ‘menonjol Toraja dan Bugis’…? Dari segi apa Toraja kelihatan menonjol..?
– Dari segi sosial-politik, minoritas, krn Kerajaaan Luwu adalah Kerajaan Bugis.
– Dari segi etnisitas, minoritas, krn seluruh masyarakat Luwu mengidentifikasi diri mereka sebagai wija To Luwu, dan tidak ada yg mengaku sebagai wija Toraja, misalnya.
– Dari segi agama pun minoritas, krn masyarakat di Luwu mayoritas beragama Islam.
Keliatannya anda benar2 gak ngerti masalah dan hanya kege-eran sj.
3. Kl anda menghargai argumentasi sy sbg ‘basi’, maka sy sgt brterima kasih ttg kejujuran dan apresiasi anda. Tp ijinkan sy jg dgn kejujuran sy untuk mengapresiasi argumen anda sebagai ‘kelas tai kucing’, penghargaan sy atas apa yg tlh anda dgn susah payah upayakn.
la welenreng : saya berteman dengan anda dan juga lebih bersahabat dengan Pak Andi. Kita sama-sama orang Sul-Sel dan WNI, turunan Proto. Saya ajak la welenreng tulis dengan rapi silsilah dan sejarah Luwu dengan baik dan benar tanpa ada muatan politik atau penonjolan sepihak. Itu cara terbaik untuk mengungkap keistimewaan daerah masing-masing.
Bukan waktunya lagi kita segmentasis, kedaerahan, kesukuan, keagamaan, atau tindakan diskriminasi semacam lainnya. Dunia ini sudah sangat terbuka. Toaraj itu sudah milik dunia, bukan hanya milik orang Toaraja lagi. Jadi kalau tidak hebat itu berarti dunia ini juga ikut tidak hebat. Demikian pun wilayah Bugis dan orang turunan Bugis. Sudah milik dunia. Luwu dan masyarakatnya, saya sebaiknya tidak memberi komentar apa-apa supaya bisa menilai diri sendiri.
Di Toaraja ada sekitar 20% penghuninya sekarang ini memeluk agama Islam dan sekitar 8% yang non kristen dan islam. Tetapi mereka rukun dan jarang sekali membicarakan perbedaan agamanya. Bahwa orang Toraja dan orang Luwu itu berbeda, itu wajar saja menurut persepsi anda. Dan . . . itu pun tidak perlu diidentikkan. Malahan rugi di kedua belah pihak bila diidentikkan. Mereka punya jati diri masing-masing. Dan … harus dipahami bahwa yang membentuk kebesaran keilmuan atau kehebatan seseorang itu karena karakternya, dan bukan karena celoteannya yang bertubi-tubi tanpa dukungan pembuktian yang konkret. Wasssalaammmm
Bahasa adalah salah satu produk kebudayaan yang paling tepat untuk menjadi sarana mencari titik temu kajian sebuah etnik. Soal kontrol politik dan perbedaan agama, itu kan belakangan datangnya.
Anda pelajari ini dulu:
1. Asal-usul ‘etnik’ Toraja. Jangan pelajari asal-usul etnik Luwu’, karena itu tidak ada.
2. Sejarah masuknya agama-agama di Sulawesi Selatan.
Setelah itu, perbaiki konsep etnisitas di kepala anda.
Tabik.
Assalm…
Maaf bukan saya mempersalahkan atau membenarkan, karena yang salah tetap akan salah dan yang benar tetap akan benar. Saya berasal dari Pulau Penyengat, Kepri, yang dahulunya merupakan daerah yang menjadi pusat Yang dipertuan Muda bagian dari wilayah Yang Dipertuan Besar yang memimpin kerajaan Johor, Pahang, Riau, Lingga yang pernah menjadi kerajaan terbesar di tanah melayu. Saya buka sejarah tentang kerajaan besar ini yang memiliki saudara-saudara dengan kerajaan melayu lainnya, karena Sultan kerajaan Johor, Pahang, Riau, Lingga merupakan penerurus dari Kerajaan Besar Malaka yang jatuh ke tangan Portugis. berawal dari Sultan Yang Dipertuan Besar berasal Bukit Siguntang dari kerajaan Sriwijaya di Palembang yang sudah pecah bercampur dengan keturunan ratu dari kerajaan Bentan di Bintan, kemudian membangun kerajaan besar bernama Kerajaan Malaka. Keturunan Yang Dipertuan Besar ini masih ada yang menjadi Sultan di negeri-negeri kerajaan di Semenanjung Malaysia dan masih memiliki keturunan yang tersebar di Indonesia terutama di wilayah barat Indonesia sampai sekarang. Kemudian karena kehendak Allah SWT bercampur keturunan Yang Dipertuan Besar dari suku melayu dengan Yang Dipertuan Muda dari anak raja Bugis dari kerajaan Luwuk yang mendapat ketetapannya di tanah melayu ini. Keturunan Sultan Yang Dipertuan Besar Johor, Pahang, Riau,Lingga tetap memakai gelar Tengku (gelar Tengku di Malaysia, Kepri hampir sama dengan Gelar Tengku di tanah melayu lainnya). Keturunan Yang Dipertuan Muda memakai gelar Raja (semua orang melayu dari daerah ini yang mendapat nama Raja adalah campuran keturunan dari raja Bugis Yang Dipertuan Muda dengan Keturunan raja melayu Johor, Pahang, Riau, Lingga awalnya). Semua keturunan yang masih memakai gelar Raja dari sini mengaku nenek moyangnya berasal dari keturunan Raja Bugis kerajaan Luwuk, karena penyampaian pastinya dari induk asalnya kepada setiap keturunannya mengatakan berasal dari tanah Bugis, dan itu tidak pernah disangkal dan terus disampaikan oleh semua dari awal keturunan baik dari ayah masih suku Bugis berbahasa Bugis dan Ibu adalah Tengku dari Melayu Johor, Pahang, Riau, Lingga berbahasa Melayu.
Diri keturunan Bugis ini selalu mengatakan dirinya adalah orang melayu karena sudah menjadi bagian bangsawan melayu berdarah ibu melayu, bukan berarti melupakan asal usulnya, tetap mengakui dari bugis dan berdarah ayah Bugis. Raja Ali Haji pahlawan nasional bidang sastra adalah keturunan raja Bugis dari Kerajaan Luwuk menikah dengan saudara Sultan melayu dari kerajaan Johor, Pahang, Riau, Lingga (termasuk pernikahan dengan setiap perempuan keturunan bangsawan dari negeri-negeri kecil di tanah Semenanjung Malaysia dan perempuan bangsawan melayu di Sumatatera dahulu asal mulanya) menulis dalam Buku berjudul Kitab Tulfat Al-Nafis oleh Raja Ali Haji (pahlawan sastra Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia, masih cucu dari Yang Dipertuan Muda Johor, Pahang, Riau, Lingga ke-4 sekaligus pahlawan nasional yang menentang Belanda pada masanya), buku berisi sejarah Kerajaan, perang zaman dahulu, silsilah Yang Dipertuan Besar dan Yang Dipertuan Muda serta bersaudara-saudara dengan kerajaan di Sumatera dan Sebagian Kalimantan dan kerajaan lainnya di tempat lainnya di Indonesia. Buku ini sudah disahkan kebenarannya karena tidak ada kejanggalan dalam penulisannya oleh dunia sampai sekarang karena diakui oleh bangsa melayu (karena melayu merupakan suatu bangsa), bangsa Indonesia, bangsa Bugis, bangsa Belanda, bangsa Portugis, bangsa dari keturunan Nabi Muhammad yang mendapat gelar Said-Syarifah, bangsa yang pernah berdoplimatik dan berbagai suku bangsa lainnya baik berawalnya dari berdagang sampai menjadi bagian dari tanah melayu. Keturunan raja Bugis dari awal yang mendapat ketentuannya di tanah melayu menjadi bagian dari bangsaawan Melayu sampai sekarang masih ada yang sudah mengunjungi saudaranya di tanah Bugis dan yang belum tetap ingin dalam hatinya mengenal daerah nenek moyang dari ayah mereka seperti yang dilakukan Yang Dipertuan Muda dahulunya. Karena masih keturunan raja besar Bugis dari Kerajaan Luwuk maka semua bugis di tanah melayu dan daerah tetangga sangat-sangat senang sekali mendengar raja mereka mendapat ketentuan di tanah Melayu dan semua bugis yang berada diperantauan patuh siap sedia menjunjung raja dari sukunya yang telah menjadi raja di tanah melayu dengan segenap jiwa dan raganya.
Pada masa awal raja bugis ini mendapat ketentuan di tanah melayu mereka sudah beragama islam yang taat dan sangat cocok dengan melayu beragama islam yang taat juga. Ini asal mereka dari kerajaan Luwuk adalah beragama islam. Bisa diartikan melayu adalah islam, dan raja dari bugis menjadi melayu adalah orang islam dari awal dan tetap islam di tanah melayu.
Di kerajaan melayu menghormati para Said-Syarifah yang bearasal dari keturunan Nabi Besar Muhammad SAW yang turun dari tanah Arab menyebarkan islam dan mendapat tempat yang baik di kerajaan. Sama seperti di Bugis, para keturunan Nabi Muhammad inilah yang meyebarkan islam juga.
Belanda mendapatkan perlawanan yang susah untuk menhancurkan Kerajaan Johor, Pahang, Riau,Lingga ini dikarenakan perlawanan dari Yang Dipertuan Muda (keluarga dari Yang Dipertuan Besar, menjadi wakil dari Sultan Besar yang menjalankan pemerintahan Sultan Besar, yang berperang mempertahankan kekuasaan Sultan Besar dan mempertahankan teluk rantaunya, dan menjaga sanak saudara Sultan Besar menjadi tanggungjawab kepada Yang Dipertuan Muda). Belanda menjadi susah menghadapi campuran bangsawan bugis dan melayu ini di tanah melayu. Suku melayu yang sadar memiliki sifat keberanian makin diperkuat keberaniannya oleh suku bugis yang pemberani dan sama-sama taat pada agama islam dan adat mereka (bugis disini tidak merubah adat istiadat kerajaan melayu, tetapi menyesuaikan diri dengan adat bugis yang mereka bawa asal tidak bertentangan dengan kerajaan dan islam).
Beberapa orang bisa lupa asal mereka, tetapi kebanyakan orang tidak akan lupa asal mereka serta orang lain juga masih bisa menjelaskan asal dirinya dan orang lain yang mereka tahu dari dahulu.
Kerajaan besar Malaka diakui adalah kerajaan melayu, walaupun puing-puing peninggalannya sudah tidak ada.
Sultan Besar keturunan dari raja-raja Sriwijaya yang menikah dengan raja perempuan melayu Bentan dan menjadi ipar dengan Yang Dipertuan Muda dari raja-raja Bugis Luwuk. Tetap Disini Keturunan Yang Dipertuan Besar adalah tengku melayu, dan keturunan dari Yang Dipertuan Muda adalah Raja Bugis. Seperti halnya Said-Syarifah dari keturunan Nabi Besar Muhammad SAW yang dijanjikan AllAH SWT kepada Nabi Muhammad akan kekal sampai kiamat bisa diselidiki.
Kita manusia hanya mendapat sedikit ilmu saja dari sumber ilmu yaitu ALLAH SWT, karena itu jangan sombong di dunia ini dan saling berbantah-bantah sampai berbunuh-bunuh karena itu bukan sifat asli manusia pada awalnya. Segala yang baik dari ALLAH SWT dan segala yang buruk dari musuh nyata manusia yaitu syaitan terkutuk. Jika yang kurang jelas namun manusia belum bisa membuktikannya, kita tetap sampaikan namun tidak untuk menyesatkan dan selalu bilang hanya ALLAH SWT yang MAha TAhu dari makhluk-Nya, karena yang untuk menghormati sesuatu yang masih bisa dianggap tidak mendatangkan masalah besar serta berguna untuk mencari tahu ke depannya sampai ALLAH SWT mengijinkan manusia mendapatkan ketetapan yang dibutuhkan. Wassalam…
Salam kenal Opu Raja Juni…..
Saya salut tentang pemahaman anda ttg leluhur anda, dan pengetahuan anda yg luas ttg keberadaan masyarakat anda saat ini hubungannya dengan masa lalu. Cuma mungkin sedikit sy koreksi, bukan kerajaan LUWUK, ttp Kerajaan LUWU (tdk mmakai huruf ‘K’). Jadi, maaf, leluhur anda, Opu nan Lima itu adalah orang-orang Bugis dari Kerajaan LUWU.
Salam……
Persisnya, leluhur anda, Opu nan Lima tsb, mereka adalah bangsawan Bugis dari Kerajaan Luwu.
Pak Andi Mashud : maaf saya mau tanya, Bapak itu dari Luwu atau dari Bone ? Dulu ada kawan KKN saya di Polewali (pole-lele-wali) yang mirip nama. Teman saya ini dari Fakultas Sastra UNHAS. Jika sudah pasti nama, saya akan undang dalam sebuah pertemuan “silang budaya” di Medan Akhir Mei tahun ini. Terima kasih untuk mau menjawab pertanyaan saya ini.
Berarti diluar sana jaman dahulu dikenal Luwu itu Kerajaan Bugis
Klu di malaysia org luwu dianggap org toraja krna bahasanya sama..
Bacaki komenx la welenreng kl msh blm mengerti ki ttg Luwu sappo……
Bahasa memang menjadi salah satu produk budaya yang paling tepat untuk kajian etnik. Gengsi politik dan agama yang datang kemudian tidak ada kaitannya dengan asal-usul sebuah etnik, walaupun dalam perjalanannya sangat mempengaruhi. Ya sebutlah orang-orang yang mau membentuk etnik Luwu. Tertawalah dunia dan akhirat.
bingungma sy inie…..setahu sy sih toraja yg tertua,knp cm 4 ji yg trkenal manami itu yg lain jgn somba gowa,mangkau bone,pajung luwu….katax sih 9 klu gak slh maradia,datu adatuang gak tau e sy
Apakah anda perna membaca silsilah dari Puang Lakipadada ? Sebaiknya anda membaca dulu silsilah tersebut terlebih dahulu sebelum anda memposting pernyataan dari blog anda.
Sedikit yang saya tahu Puang Lakipadada yang berasal dari Toraja berkelana mencari pusaka “Tang Mate” akan tetapi Puang Lakipadada tidak mendapatkan pusaka tersebut. Kemudian Puang Lakipadada menikah dengan
seorang putri dari gowa dan melahirkan 3 orang anak yaitu :
1. Puang Patta La Bantan (Toraja)
2. Puang Patta La Bunga (Luwu)
3. Puang Patta La Merang (Gowa)
Coba anda jelaskan siapa Puang Patta La Bunga (Luwu) anak dari Puang Lakipadada yang berasal dari Tana Toraja beserta silsilahnya dari Puang Patta La Bunga (Luwu). Kalau anda sudah mendapat jawabannya tolong anda kirimkan lewat email saya black.xmc90@hotmail.com . Saya tunggu jawaban anda
toraja adalah diartikan dalam bahasa bugis adalah orang-orang raja,,,,hahahaiiiii
Buat para peserta diskusi di milis ini. Sangat menarik dinikmati, dicermati, dan dijadikan bahan untuk introspeksi diri sendiri : siapakah kita ini sesungguhnya ? Ada yang rela berbicara sejujurnya, ada yang iklas mengangkat asal-usulnya, dan ada pula yang dengan bangga mengakui kehebatan keluarhanya, walau tahu persis apalah arti sebuah nama jika tidak dibenahi lewat baktimu kepada daerah dan bangsamu.
Terima kasih yang memuji saya dalam milis ini dan tidak lupa pula saya bersyukur kepada mereka yang tidak mau memuji atau menyapa dengan baik. Bagi yang bersikap kontroversi saya mau menanyakan satu hal menurut pengungkapan masyarakat bangsawan di seantero Sul-Sel sejak dulu hingga sekarang (karakter), yakni :
a. Orang bone mendapat sapaan (julukan) : matcai bone
b. Orang endrekang mendapat sapaan (julukan) : massiriati
c. Orang toraja mendapat sapaan: mekkaduai toraja, dan . . . . .
d. Orang luwu disapa : apa yoooooo ? Cobalah orang Luwu tunjukkan karaktermu, sebagai jati dirimu.
Hal ini bisa dipastikan akan terungkap ketika ada pengangkatan pejabat atau ada persaingan perebutan jabatan pemerintahan tertentu di kantor-kantor di Sul-Sel, termasuk di Kantor Kegubernuran Sul-Sel. Hanya Gubernur Limpo yang masih tetap memegang teguh keutuhan Gowa dengan Toraja. Hal ini ditunjukkan dalam sikap dan tutur katanya. Semoga Balla Lompoa (Gowa) dan Tana Toraja tetap akrab dan bersahabat baik dalam membina insan pembangunan di Sul-Sel.
Assalamu alaiku wr.wb.Aga kareba? asse’ku dedi.Saya mau bertanya masalah bahasa wija to luwu Daeng.Dimana pada jaman sekarang ini banyak putra-putri wija to luwu hijrah keberbagai Daerah.Bahasa Palopo diluar sana menggunakan bahasa Tanah Toraja.Saya ada cerita,saya bertemu dengan orang Palopo dan dia bertanya kepada saya..Asli mana..?Palopo Bang..!!!Mmmmm,,,Dengan bangganya dia mengatakan saya Wija to Luwu,terus dia bilang kalau Wija to Luwu tidak tahu bahasa Ta’e berarti bukan wija to Luwu.Saya nyahut,,Oohh,,,.Dia bertanya lagi,kamu bisa bahasa Ta’e.?Lalu saya bilang tidak,secara spontan dengan nada keras kamu buka Asli Luwu.Jelas saya sedih mendengarnya karena saya tidak tahu sejarah Luwu,taunya belajar bahasa Ka Ga Nang Ka itupun udah Lupa.Tapi masih bisa sikit2 bahasa Bugis.PERTANYAAN SAYA DAENG?Bahasa Resmi Tanah Luwu apa Daeng?Karena sy menggunakan bahasa Bungis dikampung,tepatnya di POMBAKKA(Malangke’ Barat).
@ Sdr. welenreng.
Penuturan anda juga benar, tetapi korelasinya tidak seperti itu, luwu tetaplah luwu dan bugis adalahnya turunannya, jadi luwu bukan kerajaan bugis, kerajaan Luwu sudah berdiri jauh sebelum islamisasi di sulsel, islam baru masuk sulsel abad 16 dan kristen baru diperkenalkan ke masyarakat Toraja abad 19. Jadi mari berpikiri lebih luas.
Diskusi yang sangat menarik …..
intinya sya orang toraja.dan saya bangga akan hal itu…salamaki solanasang.
Orang luwu lah satu-satunya yang bisa berbicara 2 bahasa atau lebih. mayoritas menggunakan bahasa tae dan bugis. saya sendiri kedua bahasa tsb bisa saya gunakan. apalagi generasi-generasi sebelumnya. bahasa tae memang mirip bahasa toraja, hanya beda dialek saja. dan ternyata bahasa ini satu rumpun. kolaborasi antara bahasa tae dan bare’ ini yang kelak melahirkan bahasa makassar. lalu dari bahasa makasar menurunkan bahasa Walio. Dari Walio melahirkan 2 bahasa baru yaitu bahasa bugis dan Mandar.
Luwu sendiri bukan suku. Hanya saja penduduk Luwu terdari lebih dari 12 anak suku salah satunya Toraja. Luwu dan Toraja sebelumnya satu dengan nama Luwu. akiabt tuntutan orang-orang Toraja untuk memsahkan diri dari Luwu akhirnya lahirlah UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1957 TENTANG
PEMBUBARAN DAERAH LUWU DAN PEMBENTUKAN DAERAH TANA TORAJA DAN DAERAH LUWU
Bahasa memang menjadi salah satu produk budaya yang paling tepat untuk kajian etnik. Makanya para antropolog, sosiolog, dan log log lainnya kalau mau kaji sebuah etnik, faktor utama yang harus dia pelajari lebih dulu adalah bahasanya. Gengsi politik dan agama yang datang kemudian tidak ada kaitannya dengan asal-usul sebuah etnik, walaupun dalam perjalanannya sangat mempengaruhi. Ya sebutlah orang-orang yang mau membentuk etnik Luwu. Tertawalah dunia dan akhirat.
Syahdan ketika Islam akan di terima oleh Macoa Baulipu di Wotu…maka berkumpullah semua Pemangku adat Pangadarra sapulue pitu…bersama masyarakat…lainnya…,kecuali stu orang adik dari macoa yang bernama Palemba Badidi…
sedari tadi ,adik macoa ini lalu lalang di depan masyarakat yang sedang bermusyawarah untuk menerima Islam…lalu macoa bertitah..” Billimo mubati-batia, iyaupo mopadi limaya”.tatkala musyawarah selesai lalu Macoa mencabut “SUMPI” …sejenis senjata tiup dari kayu karuru…lalu menyumpit Palemba Badidi yang nota bene adalah adiknya sendiri….hingga tewas di tempat…
jelaslah bahwa Macoa Baulipu adalah seorang yang sangat adil…krn walaupun adiknya sendiri harus terbunuh karena kecongkakannya sendiri……!!!!
Analogi yang salah untuk tujuan yang salah. Percuma gelar SE, MM, membuat analogi saja sudah salah total.
Assalamu alaikum warahmatullahi wa barakakatuh…
Luwu menurut versi Alm. Ustadz Abdul Salam Abadi Tanduk Langi dari BASTEM:
“Luwu = Gabungan @ Lu jiomai = darisana, Lu jaomai = dari atas Toraja, Lu jiongma = dari bawah = Rongkong dst….. Luwu daratan terhampas luas: Surutangnga (Tompottika), Panjalesang, Mawa, Boting , Salu Bulo, Lebang semuanya berbahasa taek (Bhs Toraja) Utara Palopo: Balandai’, Rampoan, Batu, Salu Tete, Salu Ba’tan, Sangkin, Lamasi Pantai, Pong Rakka, Rante Damai, Urraso, Campurejo, Bibang, Lalong, Batu Sitanduk, Lamasi, Masamba, Rongkong, dll… 99% berbahasa taek (Bhs Toraja). Timur Palopo (Daerah pesisr): Tappong, Penggoli, (Bhs Bugis + Bhs Taek/Toraja). Selatan Palopo: Songka, BUA, Pondrang, Kandoa, Padang Sappa sampai Belopa semuanya berbahasa dialog Bhs Taek… Barat Palopo : Latuppa, Rantenase, Peta, Tandung, Pong Sumaja, Urraso, Pantilang, Maindo, Tede, Langda, Ulu Salu, Raja, Ranteballa (Basse Sangtempe’) Bhs dan Adat adalah Toraja 100% berbahasa taek = tidak (bahasa Toraja), ini adalah fakta yang realistis, namun kita semua ini adalah SAUDARA sebangsa dan setanah air…
(NKRI)…
Jal…joinki bikin cerita rakyat wotu….dek….
Ada mi kanda Musli Anwar yg bikin buku kisah2 tentang Luwu kk, hehe
Wahhh… msh ada ini topik..
Perkenalkan, panggilan saya Rura.. Moyang dari ibu saya Pongsapan Sarira berasal dari Pantilang (Bastem), terserak ke berbagai wilayah. Juga kakek buyut dari ibu saya berdarah Tolaki (Konawe). Dari Palibangga.
Ayah saya pun berdarah Pantilang dan Tokesan. Keluarga saya jg ada di Tallu Lembangna sampai Duri Enrekang.
Keluarga saya juga tersebar di Palopo sampai Walenrang.
Ayah tiri saya dari Sanro Bone Takalar (Bate’ Salapang).
Satu hal yg buyut saya (Tolaki) katakan… Almarhum jg mengatakan bahwa Tolaki adalah bagian dari Rumpun TORAYA.
Membaca berbagai komentar diatas, sebagian menambah pengetahuan saya, sebagiannya lg membuat saya terbahak bahak.
tapi marilah kita tetap bersatu sebagai masyarakat SULAWESI yg BERBUDAYA ARIF DAN BIJAKSANA.. sdh tidak waktunya lagi EGO dan SUKUISME.
Seruh juga. 😀
Maaf saya ada beberapa pertanyaan: 1. Kalau orang rongkong termasuk suku apa ya? 2. Kalau orang bolong masuk suku apa ya? 3. Terus kalau orang wotu masuk suku apa ya? 4. Kalau orang wareq masuk suku apa ya? Apakah mereka termasuk dalam 12 anak suku yg di klaim sebagai bangsa luwu? Lalu dari ke 12 anak suku ini, suku mana yg melahirkan penguasa atau datu/pajung/raja di luwu?…….maaf kalau pertanyaan saya terlalu naif…..saya hanya sekedar ingin tau dan belajar dari bapak-bapak dan saudara-saudari yang ada di forum ini……terimakasih atas penjelasannya…..wassalam…
di luwu ada lebih dari 12 suku. termasuk bugis sendiri. ini bukan klaim akan tetapi fakta sejarah.. dalam pergaulan saya sehari-hari dengan berbagai anak suku ini semua mangatakan saya orang luwu. luwu sekitar pantai kebanyakan menggunakan bahasa bugis, sedangkan yang di kaki gunung hingga ke dataran tinggi menggunakan bahasa tae. di luwu timur menggunakan bahasa bugis, padoe dan pamona.
adakah sedikit sejarahnya Orang Jalajja, terutama Ambe Ma’a (Balailo Roangi ToMakkasau) utusan Datu Luwu di Poso (sulteng) sekaligus Panglima Perang. Mohon Bantuannya
Tabe di selessureng,sangmane…
Luwu tetaplah sebuah kerajaan besar
Yg tidak bisa di pungkiri…dan insha ALLAH sbentar lgi akan menjadi sebuah propinsi dengan nama LUWU RAYA…
#salam hngat putera campuran bugis luwu,padoe,tolaki dan toraja…di darah ku tercampur darah pajung ri luwu,padoe,sangi’a ri konawe,matasak ri sangalla…
tempat lahirnya raja luwu adalah di palopo selatan yang terbentang dari bukit sampoddo sampai gunung lantimojong” dahulu kala berdiri kerajaan bernama rijewa kerajaan ini sangat berkuasa pada saat itu karna di penuhi oleh banyak penyihir serta sebuah iblis ,namun beberapa tahun kemudian muncullah para kstria yang berasal dari luar pulau sulawesi yang menjadi lawan dari raja rijewa dan pengikutnya…dan selama tiga hari perang,kerajaan rijewa berhasil di taklukkan’ namun para petinggi kerajaan ternyata berhasil melarikan diri dan terpencar ke berbagai penjuru arah pulau sulawesi’dari sinilah para petinggi yang berhasil lolos itu,mereka mendirikan kerajaan masing-masing di tempat yang mereka tempati itu.raja rijewa atau raja luwu menyimpan harta serta warisan leluhurnya disebuah tempat yang disebuat hikurtewy yaitu goa yang berada disebuah bukit yang kini tenggelam dan menjadi sebuah batu raksasa yang tertimbun tanah yang berada diantara perairan dan gunung hikurtewy
Janganlah berspekulasi dalam menilai sebuah sejarah Bpk Muhammad Rijal, karena argumen saudara sangatlah tidak mendasar saudara. Anda mengatakan “Ada Kerajaan yang masuk di wilayah Luwu karena dianggap sebagai Kakak dan ada juga Kerajaan yang masuk dalam Wilayah Luwu karena ditaklukkan.
Jadi sangat besar KEMUNGKINAN Toraja masuk wilayah Luwu karena dianggap sebagai kakak”.
Yang harus anda ingat kembali karena saya yakin anda mengetahuinya bahwa
1. Suku Toraja adalah suku yang jauh lebih tua dari yang di Luwu
2. Datu dari luwu adalah Oarang Toraja (berdarah Toraja)
3. Toraja tdk pernah takluk atau mentaklukkan diri dengan Luwu, Orang Toraja dari semula adalah masyarakat yang berbudaya dan berilmu pengetahuan yang tinggi serta berintegritas.
4. Raja-Raja dari Gowa, Bone, Luwu, Enrekang adalah berasal dari Orang Toraja. Jadi yang benar adalah bahwa Kita ini khususnya di Sulawesin Selatan adalah Saudara, tdk ada yang tinggi dan tidak ada yang rendah.
SUPER BUAT SANGMANE BANNEPADANG…
THANKS AND BEST REGARD
Di TOraja Barat tempat tinggal saya, terdapat Tongkonan Ada’ Pitu Ulunna Salu.dan dalam banyak cerita dan sejarah orang Tua sering mengaitkan dengan Tongkonan Ada’ di Toraja. Jadi kemungkinan benar saudara lawenreng bahwa di Toraja itu sendiri tidak pernah ada Kerajaan. yang ada adalah Tongkonan Ada’. atau perkumpulan Adat. tetapi Fakta bahwa Turunan raja2 di Sulawesi Selatan berasal dari Toraja tidak terbantahkan, karena banyak dijumpai dalam lontara’. bahkan ada yg berpendapat bahwa kata Toraja sendiri berasal dari bahasa bugis yang berarti Tau Raja atau turunan orang besar. Makanya kemudian dalam sejarah, Toraja itu tidak pernah diduduki oleh raja2 dari kerajaan sekitarnya karena takut durhaka. Karena itu saudara2ku semua boleh berpendapat mengangkat harkat dan martabat suku dan turunannya, tetapi jangan juga beropini terlalu berlebihan, yang bisa menyebabkan kerancuan sejarah yang ujung2nya akan mengaburkan keluhuran sejarah itu sendiri.
D Toraja memang tidak mengenal Raja, tapi kita mengenal namanya Puang,
“Sabbangtua” disumatra “sabbangparu” di luwuk maksudx gini…..satu yg raja disumatra yg tua “satu raja diluwuk” yg kedua dan paling bunsu radja di brunai darussalam negara asean dengan rajax sri datu sulaiman yg meneruskan kepemerintahan Datu tiro yg menyebarkan islam di bulukumbah perluh kita melihat sejarah perjalan ashabulld kaffy yg sebut Waly tuju Uwalli pitue setelah mereka semua lenyap maka diturunkan malaikat demi mengajarkan yg bener sampai disebut To Manurung-nge awal mula sejak munculx kebangsawanan dari to manurungnge datuk tiro asal dari Aceh sumatra Datuk Sry sulaiman asal brunaidarussalam petta janggo dari luwuk keturunan nabi sulaiman As dg istrinya ratu balqis………ini cerita dari nenek aku dari masa lalu diceritak sama anakx sampai cerita ini sama aku……..aku keturunan Datu sry sulaiman dari berunai darussalam Anak lamaddusilah la ummase petta pandre bessi matinroe rikampong jawa kabupateng bone……..@zandrah dee malleway
Asslm….slamat malam saudara2ku perkenalkan nama sya Jusnain.Mataso,SE sya senang mengikuti diskusi kawan2 diatas…..terlebih mengenai Daerah kita Tana Luwu…..banyak pencerahan yg bisa kita ambil dari diskusi diatas…….namun sya melihat masih adanya argumen yg tdk enak disimak dan dijadikan sebagai acuan yg mendasar dalam mencari titik terang sejarah yg sebenarnya terjadi didaerah kita diTana Luwu…..sya sependapat dgn kawan kita Ia Walenreng bawa sejarah Tana Luwu tdk bisa dipisakan dari ke 12 anak suku di tana luwu….sesuai dgn uraian saudara diatas sangat jelas.namun sya disni bukan berdebat tentang luwu itu siapa dan luwu itu dari mana…..sejarah nene moyang kami mencatat yg mendiami daearah perbatasan kayu langi sampai kewotu dan sebagaian daerah lainnya itulah kami anak suku Pamona yg sekarang mendiami beberapa kecamatan diluwu timur.sejarah luwu timur kita bisa dapatkan dan kita kaji keorg2 tua kita diWotu…dan diistana Datu luwu disana kita bisa star mulai awal sejarah tana luwu…..peradaban2 demi peradaban trus berjalan seiringnya perkembangan zaman….namun sejarah akan terus mencatat yg mana aslinya dan mana yg palsunya.kalau kita melihat kembali sejarah kedatuan luwu disitu bisa kita ambil kesimpulan siapa yg pertama dan dari mana datu pertama yg dinobatkan sebagai Datu Luwu……dari situ bisa dilihat dari suku mana dan dari daerah mana.baru bisa kita bicara bawa luwu ini dari daerah ini.apakah terbentuknya tana luwu ini karna adanya kesepakatan dari ke 12 anak suku ini…..sehingga mengangkat sebuah nama yg begitu indah dan baik yg bisa melindungi ke 12 anak sukunya…….
Wasalam……..Lemba Ntana Luwu Karodo Ine Papa pura kami ma ode…..
atas dasar apa anda mengatakan TORAJA bagian dr tanah luwu anda harus tahu bahwa kerajaan besar dan tertua di selatan adalah KERAJAAN GOWA versi kami orang toraja seperti yg telah di ceritakan nenek moyang kami bahwa PUANG TAMBORO LANGI,NE TANGDILINO,PUANG RI KESU,PUANG KILA TA PARI BATANG,GENGGONG RI NAPO,BATARA GURU YANG KE LUWU ini mereka adalah TO MANURUNG / TO MELLAO LANGI disini aja jelas mengatakan mereka semua ini SEJAMAN INGAT SEJAMAN klu bicara VERSI MAJAPAHIT ini juga sama menyebutnya bahwa KERAJAAN MAJAPAHIT DULU DIMANA MAHA PATI GAJAH MADA INGIN MENYATUKAN WILAYAH NUSANTARA DI BAWA KENDALI MAJAPAHITsaat itu gajah mada datang bersama ke 6 orang bangsawan ini taw panglima perang saat itu menuju ke barat sulawesi karena di selatan sulawesi sdh ada kerajaan gowa setibanya gajah mada di barat menemukan kerajaan juga di sana yaitu KERAJAAN PASSOKKORAN sesampai disana ke enam panglima perang ini PUANG TAMBORO LANGI(TALLULEMBANGNA) DI BUNTU KANDORA,NE TANGDILINO(RURA ENREKANG)TERAKHIR DI KE MARINDING TORAJA KAKI GUNUNG KANDORA,PUANGRI KESU(SANG KAESUNGAN) DI UTARA TORAJA,PUANG KILA TA PARI BATANG DI BAGIAN BARAT TORAJA,GENGGONG RI NAPO DI DENDE PIONGAN DAN NAPO PEGUNUNGAN UTARA TORAJA JUGA…..(SEMUANYA ITU DARI TORAJA)….KECUALI BATARA GURU KE TANAH LUWU….nah kalau bicara SAWERIGADING DAN LAKIPADADA MEREKA INI SAMA TINGKATANNYA ALIAS SEJAMAN….dimana sawerigading dr BATARA GURU dan lakipadada dr PUANG TAMBOROLANGI INI JUGA MEMBUKTIKAN BAHWA TORAJA SENDIRI LUWU SENDIRI PAHAM SAUDARA….dan lagi lebih kuat lagi ini yg membedakan derajat kedua wilayah ini dr kerajaan gowa LAKIPADADA PERGI MENIKAH ANAK RAJA GOWA NAMANYA KARAENG TARA LOLO dan melahirkan 7 orang anak 3 laki laki dan 4 perempuan 4 perempuan ini tinggal di gowa dan ketiga PUTERA RAJA GOWA yaitu PATTA LA MERANG DI GOWA DNG GELARAN SOMBA NA RI GOWA MENINGGALKAN SATU PEDANG DAN SATU BENDERA SBG SIMBOLNYA dng gelar KEBANGSAWANAN KARAENG ,,,,PATTA LA BANTAN DI TORAJA DNG GELARAN MATASAK NA RI TORAJA MENINGGALKAN DUA PEDANG DAN SATU BENDERA SBG SIMBOLNYA dng gelar KEBANGSAWANAN PUANG,,,,,,PATTA LA BUNGA DI LUWU DENGAN GELARAN PAYUNG NA RI LUWU MENINGGALKAN SATU PEDANG DAN SATU BENDERA SBG SIMBOLNYA dng gelar KEBANGSAWANANNYA DATU…..sedang sawerigading tetap bermukim di luwu timur (WOTU) sekarang,melanjutkan kepemimpinan BATARA GURU UNTUK MELANJUTKAN PERTALIAN DARAH ANTARA TORAJA DAN LUWU MELALUI GOWA MAKA ……
ANAK LAKI PADADA PATTA LA BUNGA TETAP PERGI KE TANAH LUWU MENGAWINI ANAK SAWERIGADING TUK MELANJUTKAN KEKUASAN KERAJAAN GOWA DI TANAH LUWU…..JADI JANGAN MENGATAKAN TORAJA ADALAH WILAYAH KERAJAAN LUWU YG SEHARUSNYA KAMU KATAKAN BAHWA KERAJAAN LEPONGAN BULAN TANA MATARI ALLO(TORAJA) DAN KERAJAAN LUWU RAYA ITU KEDUA DUANYA SAMA DARI KERAJAAN GOWA DI SULAWESI SELATAN……
Tabe’ la mekutana bangra’ dikka’
“MATASAK NA RI TORAYA” atau MATASAK NA RI SANGALLA’
Kurre sumanga’ pole paraya..
Tabe’ La mekutana bangra’ dikka’
MATASAK NA RI TORAYA atau MATASAK NA RI SANGALLA’
kurre sumanga’ pole paraya
Tabe’ di’ Akexander…manakah yg lebih diakui garis ketuturunan bapak atau ibu? Apakah darah anak bisa meniadakan darah bapaknya?
Betul.. itunyang betul…
SUPER untuk Bpk ALEXENDER ANDI LOLO
Maaf,seperti ada orang di sini yg sedikit ngerti sejara tapi tulisannya seperti ahli sejarah,saya orang sanggala asli yg lahir di.luwu tepatx luwu timur.. dari berbagai sumber termasuk datu saraka cabbenge soppeng,ketika saya melamar cucunya dia sempat bertanya “anak dari mana” saya jawab saya dari.luwu tapi berdara toraja sangalla, lanjut beliau bertanya,rumah kamu di mana di sanggalla, saya jawab, di KAIRO dan KAMBISA beliau langsung mengagguk dan katakan.kepada mertua saya dlm bahasa bugis, kita andi dan berdara bangsawan, tapi calon menantumu ini lebih di atas dara bangsawannya, walau saat itu saya sama sekali tidak paham..hanya perna paman saya(kakak ayah saya) PUANG PARENGGE KAMBISA berpesan sama saya saat berkunjung ke luwu timur,pesanx ke den pekutanan to apa roko, pokadan bangmi aku to sanggalla lammai kambisa sola kairo.. hanya itu yg saya ingat hingga saat saya melamar hanya itu saya ingat.. dan baru saat itu saya jika kadar kebangsawanan sangalla jauh lebih di atas ketimbang bangsawan lain di sul sel ini
tidak ada orang Luwu mau disebut keturunan orang toraja atau berasal/etnis/suku toraja, apalagi mau mengakui darah kebangsawanan kalian lebih tinggi, kalian mengarang dan menghayal.
Yesss…
Jaga mulut czt
Tidak ada orang Luwu yang mau mengaku sebagai orang toraja atau mengaku berasal dari suku/etnis toraja apalagi mau mengakui kasta/darah bangsawan kalian lebih tinggi dari orang luwu, sejak kapan toraja punya kerajaan??? Artinya kalian tidak punya raja, trus darah kebangsawanan kalian dari mana???. You’re story its a bull shits.
yesss….
lw qm ngomong gitu. maka kami sebalik.y. tdk ada juga orang toraja yg mengaku orang luwu… tpi d perantauan, knpa orang luwu mengaku sebagai orang toraja?. berbelaskasihan kpd kmi orang toraja. kaya ayam suda d mandiin.. lw mau jagoan jgan jagoan d kampung halaman coba jagon d luar d luar daera. lw ngomong tu mulut jaga baek2 battae.
Melihat fakta dilapangan maka Luwu adalah suatu negri dimana saat itu menjadi tujuan migrasi dari suku suku yang ada disekitarnya karena daerah ini adalah daerah subur. Suku asli Luwu sendiri ada banyak tergantung wilayah.Misalnya di Luwu Utara ada suku Rongkong,Seko,Rampi dll. Lalu di Luwu Tengah/Walmas ada orang Lambatu?,Khusus untuk Luwu Timur suku asli adalah Pamona dan Padoe.Luwu lebih tepatnya adalah daerah dimana terjadi proses asimilasi dan akulturasi yang panjang.Mayoritas penghuni tana Luwu adalah anak suku Toraja yang sudah terpengaruh bahasanya oleh bahasa Bugis.Mengapa terjadi perebutan pengakuan antara orang Luwu dan orang Toraja soal status masing-masing? Karena migran Toraja di Luwu tidak mempunyai raja,dan katanya di Toraja memang tidak ada kerajaan, karena memang tujuannya adalah untuk mencari kehidupan yang baru. Masing masing datang berkelompok untuk mendiami suatu daerah di Luwu dan itu jauh sebelum Sawerigading. Lalu muncullah cerita tentang Sawerigading yang adalah juga migran dari Bugis dan mendirikan kerajaan di Luwu sampai hari ini masih ada bekasnya. Mungkin saja terjadi kawin campur antara bangsawan Bugis di Cerrea/Cerekang dan orang Luwu ( Toraja migran ) lalu memerintah Luwu turun temurun. Jadi lebih tepatnya Luwu itu daerah migran ( khususnya Luwu Utara,tidak termasuk Rongkong dan seko ) dan diperintah oleh Raja Bugis. Bahasa mayoritas di Luwu adalah bahasa tae’ ( rumpun bahasa Toraja ). Bahasa merupakan suatu bukti yang tak bisa terbantahkan. Kalau kita memaksakan untuk mengatakan Luwu itu Bugis dan Toraja itu Bagian dari Luwu saya kira kita keliru.Luwu adalah daerah pertemuan dua suku besar di Sulawesi Selatan yaitu suku Bugis dan Toraja.
tabe… supaya asal muasal tidak menjadi perdebatan, inang toraja ia matua
Podonari
Sejarah dan fakta jgn di obok-obok !!
Kalau saya baca komentar-komentar banyak yang berbeda pendapat tentang topik ini. Pemahan yang harus kita tahu yaitu: (a) Darimana tau Manurun pertama kali muncul?; (b) Perlu pengkajian tentang banua puan. Dua hal ini bisa meredakan perbedaan pendapat yang ada. Sekedar menambahkan di Toraja memang tidak ada kerajaannya karena di Toraja itu terbagi menjadi 32 wilayah adat. Sebelum kata Toraja digunakan untuk nama suatu daerah yang sekarang dinamakan Toraja, sebenarnya dahulu adalah daerah yang berdiri sendiri yang dinamai “Tondok Lepongan Bulan Tana Matari’ Allo” (Tondok = negeri, Lepongan = kebulatan/kesatuan, Bulan = bulan, Tana = negeri, Matari’= bentuk, Allo = matahari). Yang artinya negeri yang pemerintahan dan kemasyarakatannya berketuhanan yang merupakan kesatuan yang bulat bentuknya bagaikan bundaran bulan/matahari.
“la welenreng” salam hangat dari saya yg jg nyimak diskusi ini..saking penasarannya sy cari info tentang topik ini dan bnyk sesuai dgn penuturan anda bahwa Luwu itu kerajaan tertua di Sulawesi selatan yg bercirikan Bugis dimana Batara Guru adalah penguasa pertama namun tdk ada penjelasan kalau Batara Guru itu asal muasalnya dari Toraya. Komentar lain jg sy setuju kl peradaban tertua di Sulsel itu Toraya sesuai peninggalan yg msh ada disana namun saudara Betta’e jg sy setuju krn tdk ada literatur yg menjelaskan kalau di Toraya itu pernah ada pemerintahan atau kerajaan jaman dahulu sehinggga disana tidak ada Raja itu logis jadi tdk ada bangsawan, kecuali jika ada raja dari luar Toraja yg kawin mawin dgn masyarakat toraya,hahahahahahahahahahahahahahahahhah
Hai hai,
Menarik diskusinya. tapi ada baiknya bila diskusi ini dilakukan dengan santun. Mungkin yang memliki argumen dapat menyatakan referensinya darimana, jadi semua bisa2 sama2 belajar mengenai sejarah. Pada kenyataannya kita mudah sekali tersinggung jika memiliki perbedaan paham dan hal ini tidak baik untuk dilanjutkan karena kebenaran sejarahnya akan terlihat subjektif. sejarah berupa kisah seperti ini disampaikan secara turun temurun, melalui lisan atau tulisan. perlu diingat tulisan bisa diasumsikan beragam tergantung siapa yang membacanya. sedangkan bila secara lisan hal ini bisa lebih beresiko untuk dijadikan acuan. ada pepatah mengatakan “uang dititip bisa kurang, namun menitip omongan bisa lebih”.
Ngomong-gomong mohon maaf jika tulisan ini mengusik, kalau bisa jangan diharaukan. hehee
yang perlu diingat, kita semua saudara, awalnya adam dan hawa (tamat)..
<(-_-),
LUWU bukan suku bro. Tolong jangan ngaur.
Salam.
Mantasak ri SANGALLA’
Sya Berdarah Toraja%Bugis, tpi lahir dan besar di Wotu, tidak peduli siapa yang tua, yang Jelas segenap akal sehat saya yakin, Batara Guru adalah Maha Raja, balas coment saya jika ada yang kurang setuju.
Sya Berdarah Toraja%Bugis, lahir dan besar di Wotu, “tdk peduli siapa yg tua, yg jelas segenap akal sehat sya yakin Luwu itu, Maha Raja”.. silahkan reply jika kurang setuju ,,,,
Sya Berdarah Toraja%Bugis, lahir dan besar di Wotu, “tdk peduli siapa yg tua, yg jelas segenap akal sehat sya yakin Luwu itu, Maha Raja”.. silahkan reply jika kurang setuju ,,
setuju irawan…wotu lah yg pertama kali batara guru turun dari kayangan..nnti anak cucunya yg mnyebar ke daerah membentuk satu adat istiadat..mmng perdebatan sllu ada tdk ada titik temunya..sy bersukur masi ada anak cucuk luwu yg masih percya dengan persi to manurung..jempol buat smua..
Sjrah kadang jd komoditi politik hegemoni kesukuan. Kt ambil cntoh jawa dan sunda pd dsrnya akar bahasanya mirip tp adakah yg bs mengalah bahwa jawa adalah sunda ato sebaliknya? Kemudian muna dgn buton. Kedua suku ini kadangkala jg berdebat ttg sjrah mereka.
Bgitu pula tana luwu, pengaruh luwu melingkupi toraja, poso, dan kolut. Sbgai bukti, utusan belanda di thn 1905 meminta luwu melepaskan poso, jika tdk maka luwu akan dserang, dan luwu tdk mau, ll dserang. Itu kalo kita bicara kerajaan/pengaruh.
Disisi lain yg perlu diperhatikan adlah adanya faktual bahwa bahasa yg dinamai luwu bukan bugis bukan toraja. Jika mau jjr tntu org bugis ato toraja akan bingung mengartikan bahasa luwu. Kecuali yg tlh mmbaur.
Tdk jd soal kala luwu tdk dianggap suku, tp tolok ukur yg dpakai slma ini hanya berbicara ttg wareq semata sedang akar rumput anak suku diabaikan. Akibatnya bugisnya yg menonjol.
Ada hal menarik misalnya kerajaan ajattappareng mereka mengakui keturunan dari toraja tp krn nama2 pendiri kerajaan tdk berbau toraja maka dkatakan anak raja toraja dari luwu berdarah bugis.
ADA APA? Bukankah bahasa bugis adalah bahasa pengantar diantara kerajaan2 di sulsel, artinya wajar tatkala ada perubahan verbal.
Soal kerajaan di toraja, sy pribadi tdk yakin ada. Sy masih keturunan dr sangngalla tp sy tdk pernah tahu ada kerajaan disana.
INTINYA: siapa yg lebih dulu mengunggah sejarah dialah pemilik sejarah. Bugis lbh dulu maka bugis pulalah yg lbh dominan, meski mgkin sarat politik minim objektifitas.
Salam persatuan.
makin pintar aja komentnya….sy berpendapat melihat sejarah luwu itu harus berpedoman pada sequelnya atau periodesasinya. jangan menilai luwu langsung secara umum. dengat meliihat sequelnya, kalian tdk akan tersesat melihat Luwu.
Luwu itu sama dgn bangsa-bangsa lainnya. ada periode lahir, tumbuh, berkembang, maju dan berjaya di masa keemasannya, mengalami kemunduran, masa stagnan, dan sebagainya….
kalau brrbicara willayah, silahkan lihat posisi jamannya…misalnya, pada periode apa tana toraja ada dalam unity dgn kerajaan luwu… atau periode mana wilayah2 lain masuk ke dalam keerajaan luwu. atau kpn lepasnya mereka..dst…
kesimpulan saya sementara…Luwu adalah satu perwujudan negara. sama dgn Indonesia hari ini. padaa masa keemasannya, Luwu sanggup
menaungi suku-suku bangsa yg ada di wilayahnya.
ingat sappo atau sampu, dulunya gak pake istilah suku menurut istilah barat itu Tribe. tapi suku dlm pengertian sejarah bangsa Luwu adalah pemerintahan mandiri. apakah memakai pemerintahan adat sprti di toraya atau sistem hirarki tradisional to ugi.
di Luwu semua tata kelola pemerintahan pilihan anak bangsa diakui. shingga dalam masa tumbuh dan jayanya Luwu, semuanya maju karena Kedatuan Luwu selalu memayungi. itu sebabnya tdk ada pemberontskan atau penghianatan dari anak bangsa Luwu di mada lampau…
kalau ente2 memang paham coba jelaskan darimana asalnya sejarah ini
– matasak ri sanggala
– somba ri gowa
-landorundun
-payung ri Luwu
dan 1 lagi k mandar coba pencerahanya
Baik untuk anak2 sekolah supaya tau sejarah daerah sendiru
Sejarah kok di bolak balik, sehebat apapun bahasa dan kata2 yg anda pakai untuk mengaburkan asal usul anda akan kelihatan dgn jelas dan transparan style anda untuk monoton tanpa dasar. Anda tidak faham sejarah tapi berlaga mengerti. Belajar lgi sejarah dan fahami sejarah leluhurmu bung….anda menceritakan sejarah kolonial bung bukan sejarah leluhur…… salam.
Di Toraja tidak ada Raja yg adalah adalah “Puang” dan Puang artinya Pemilik. Jd sangat sederhana bahwa dsni adalah Puang pemilik para Raja-raja yg ada. Jd anda jgn salah bung untuk memutar balikkan bahasa bahwa Toraja adalah anak suku Luwu. Hati2 bung dalam beretorika. Fahami konsepnya baru mulai menulos. Salam….
Matasa’ = Kaderi
Payung
Songko’
Badi’ = kawali
setahu sy tanpa Toraja luwu gak bisa apa apa,, buktinya saat pelanttikan PAJUNG,, yg berhak mengenakan Baju kebesaran itu adalah Puang Sangalla’ (istilah Puang di toraja berbeda dengan daerah lain. puang di sangalla’ itu RAJA biar saudara2 ku yg di luwu bisa paham)
Ass. hanya mengingatkan dan meluruskan fakta sejarah,, terbukti saat pelantikan PAJUNG,, yg berhak mengenakan baju kebesaran kepada PAJUNG hanya Puang Ri SANGALLA’ (puang di toraya berbeda dengan nama puang di daerah lain,, puang di toraya statusnya sma Raja di daerah lain) salam dari bastem (ingat bastem jaman dulu bukan luwu, bukan toraja bukan bugis, )
Saya Bangga Sebagai Wija To Luwu, Bahasa Sehari hari Bahasa Tae dialek Luwu Selatan Tepatnya Cilallang. Senang menyimak diskusi para bapak. semoga bisa sebagai referensi saya untuk menjawab pertanyaan dari teman teman di Jawa, karena saya sekarang menetap di Jawa Timur. https://www.facebook.com/BInsanMadani/
Slamat Malam semuanya..
Tertarik utk menggali lebih dalam tentang tulisan ini. Karna itu bagi siapa saja yg ingin memberikan kontribusi atau pandangan tapi dapat dipertanggungjawabkan mohon kirimkan tulisan anda di email saya sufriadi10@gmail.com
Trims.
SAYA SUKA, jika dikatakan luwu sebagai sebuah prokem yang membentuk komunitas wija To-Luwu dari 12 anak suku….
saran: yg ngaku turunanx somba ri gowa, payung ri luwu, & matasak ri toraja coba kamu urut nenek moyangmu…
klo ndak tau asal-muasal nenekmu, ndak usah banyak kometar tapi banyak bertax…
Tdi postingan anda di atas, msalah toraja.. Yeah toraja itu dlu mmg wilayah luwu, dan wilayah luwu itu dlu meliputi wajo, kolaka sulawesi barat, toraja, dan luwu raya/tanah luwu skrg yaitu, luwu, palopo, luwu utara, luwu timur..dan masalah bahasa yang di gunakan di luwu itu, yeah sesuai daerahnya masing2 yg mendiami, contoh toraja yeah bahasa yg di gunakan bhasa toraja, contoh lgi di baebunta bahasa yang di gunakan bahasa pattae/tae, dan di malangke bahasa yang di gunakan bahasa bugis.. Tpi lebih dominan yg di unakan bhasa bugis n bhasa pattae/tae karna bahasa toraja dan pattae tuh mau hampir sma..dan teman2 tdi baxk yg bertanya tanya luwu itu suku atau apa.. Gini lebih jlasnya krna q org luwu yeah.. Luwu itu nama kerajaan/daerah/tempat, dan bahasa yg di gunakan, klw sukunya lebih dominan suku bugis, suku pattae/tae, dan suku toraja..
Tuang mi dlu itu ballo
mengapa harus di perdebatkan diantara semua dari luwu toraja bone gowa.. sedangkan itu satu semuax hanya kita aja dan pendahulu kita sesudah hilangx kerajaan yg saling menaikkan derajat siapa yg tua dan siapa yg muda,siapa yg dulu dan siapa yg belakangan,cuman bagaimana bisa membangun sejarah yg hilang di sulawesi maka muncullah yg diangkat sekarang kitab laga ligo..kalau memang ada kitab selain kitab laga ligo ada coba angkat kalau ada,contoh kitab toraja ,kitab gowa,kitab bone kalau memang ada, dan kalau ada kitab yg lebih besar dari kitab laga ligo yg diangkat lagi berarti itulah yg tertua,kenyataan kan tidak ada cuman kitab laga ligo dari luwu,itu salah satu bukti dari tanah luwu..permasalahanx semua diantara kita ini hanya memperebutkan siapa tua siapa muda..padahal hal itu tidak usah di debatkan cukup memahami dan berpikir secara logika dan kenyataan…satu pembahasan yg tak habis juga soal matasak risangngala (bagi orang toraja) paham tidak maksudx bukan matasak ri toraja tpi matasak risangnggala, adakaah disejarah toraja sangngala menjadi raja sangngala.. tidak ada ceritax.. sangngala antara luwu dan toraja kata lain yabassia(sama saja) pemisahan memang dilakukan belanda tpi jgn pisahkan luwu dan toraja karena yabassia(sama saja) hanya ke egoan yg memisahhkan diantara ini..kalau memang mau kembali kesejarah semulax tidak ada pemisahan diantara keduax karena yabassia(sama saja)jadi apa yg harus di perdebatkan tpi cukup angkatlah sejarah sulawesi melalui adanya kitab laga ligo yg terangkat sekarang.. wassalamm
Intinya perdebatan ini toraja dan luwu,bagi yg egois dalam pemahaman,saya berikan satu contoh, tidak ada kata matasak ri toraja tpi matasak ri sanggalla.. telusuri dulu siapa sangngala dan kenapa bukan mewakili matasak ri toraja… luwu toraja atau toraja luwu yabassia(sama saja) siapapun puang tertinggi ditoraja menurut sejarah yabassia jio luwu yabassia jio toraja..jadi berpikirlah..tidak ada yg tua dan tidak ada yg muda artinya yabassia
Mau bertanya mana suku tertua dan pertama antara suku luwu dengan suku kajang di sulawesi selatan
saya kira kita semua suku sul-sel mengenal kata Tabe’ Om, kakak, adik..
saya cuma memperjelas asal usul kita atau menyimpulkan beberapa bacaan buku sejarah yg diakui dunia,
Pada zaman dulu nenek moyang proto melayu di yunan memiliki kerajaan, namun bangsa mongol pegunungan yg terkenal menjajah pd waktu itu, menjajah kerajaan proto melayu, namun naas, pasukan kerajaan kalah, dan akhirnya keluarga kerajaan secepatnya di ungsikan dengan beberapa kapal kayu, singkat cerita, mereka pun berlayar, ada yg singgah di thailand, adapula yg singgah di sulawesi dan menyebar (melalui sungai saddang, mengapa mereka tidak turun di pinrang, jawabnya karena dulu daratan pinrang masih lautan, ciri khas proto melayu, sangat suka tinggal pada dataran tinggi), Note: penduduk asli pulau sulawesi pada wktu itu org purba negroid (zaman batu/flinstone dong.. hehe), lanjut pada kapal berikutnya, mereka diperkirakan menyebar ke pulau sumatera dan kalimantan.
kepercayaan yang dianut pada masa itu adalah kepercayaan dewa2 kuno, agama masuk belakangan, melalui perdagangan dan belanda.
adapun gelombang penduduk yg datang belakangan (melayu juga)-(zaman logam), yg mendiami daratan pesisir, dikarenakan kehidupan mereka berdagang dengan membuat pasar di pelabuhan (Indonesia dulu sampai sekarang, menjadi incaran beberapa negara, karena kaya akan potensi alam)
“Bersatu kita Teguh”, “Bercerai kita Runtuh”
Terima kasih untuk bapak yg mengangkat sejarah yg mgkn tdk semua orng tau…
Bahwa kerajaan sassa sebagian dari KAMI..
‘Bongi melo’
H. Mustamin Londa (keturunan ke IX)
saudarA ini ingin menjadi budayawan tapi tdk mengaerti sejarAH.
ada refensi untuk dapat kan buku atau article yang akurat mengenai sejarah suku2 di sulawesi selatan? mungkin leluhur kita ada hubungan yg mestinya tetap di abadikan atau di hidupkan kembali sehingga tercipta kedamaian.
Yg menarik ttg “Matasak ri Sangalla”
Yg dikatakan matasak adlah bangsawan tinggi tp ingat jgn sangkut pautkan dgn DATU krn setinggi apapun kebangsawanan seseorg psti lbh tinggi lg DATU.
Koreksi sy tdk ada keturunan dr Sangalla yg jd DATU di Luwu.
Mohon anda bedakan kata DATU, MACOA & MATASAK….
Anda tadi mengatakan,jika buri liu(dunia bawah)adalah jawa.berarti ibunda dari batara guru adalah jawa….
Sedangkan dunia atas..anda mengatakan toraja
Artinya raja2 luwu berdarah toraja jawa
Sedangkan sdh dikatakan TO manurung (org yg tdk diketahui asal usulnya yg datang dari daerah yg sdh ada perabannya)
Artinya claim dunia atas adalah toraja sangat minim.yg kita ketahui kerajaan pada abad 1 – 5 sdh ada sprti keraan kandis,sriwijaya dan kerajaan tua di jawa.sy rasa claim toraja itu hanyalah dongeng…tak ada bukti yg akurat…sprtnya ada unsur politik.
Emang perantau2 dulu yg asalnya dr daerah yg sdh ada peradabannya ke sulsel naik pesawat apa,kok lngsung ke toraja…yg jlsanya kan lewat laut…hrs mlwati daerah pesisir.
Anda tadi mengatakan,jika buri liu(dunia bawah)adalah jawa.berarti ibunda dari batara guru adalah jawa….
Sedangkan dunia atas..anda mengatakan toraja
Artinya raja2 luwu berdarah toraja jawa
Sedangkan sdh dikatakan TO manurung (org yg tdk diketahui asal usulnya yg datang dari daerah yg sdh ada perabannya)
Artinya claim dunia atas adalah toraja sangat minim.yg kita ketahui kerajaan pada abad 1 – 5 sdh ada sprti kerajaan kandis,sriwijaya dan kerajaan tua di jawa.sy rasa claim toraja itu hanyalah dongeng…tak ada bukti yg akurat…sprtnya ada unsur politik.
Emang perantau2 dulu yg asalnya dr daerah yg sdh ada peradabannya ke sulsel naik pesawat apa,kok lngsung ke toraja…yg jlsanya kan lewat laut…hrs mlwati daerah pesisir.
Sdgkan versi toraja aja sngt banyak
Ada yg mengatakan dari sa,dan
Ada jg yg mengatakan sangngalla
Ada jg dari latimojong..hehehe
Kentara claim tuk memperluas pengaruh.tp bukti akurat tdk ada.hanyalah cerita ke cerita da selembar kertas silsilah yg berisikan hurup alphabet.kacau……
Emang ada toraja disebut di sastra i lagaligo…
Itulah cerita rakyat…tergantung siapa penuturnya. Kembalikan ke kajian ilmiah
Batara Guru = Siwa (Sang Hyang Manik Maya) anda tau siapa yg melahirkan Batara Guru ? Anda tau siapa yg melahirkan Bapaknya Batara Guru ? Anda mengulas sejarah peradaban tp anda memulainya dari versi Agama yg baru lahir di abad 6 bagaimana bisa nyambung, anda ingin mendalami sejarah awal maka otak anda harus keluar dulu dari doktrin agama, krn anda tidak dapat pungkiri bahwa awal perabadan sejarah nenek moyang anda blm mengenal namanya agama yg anda anut sekarang, jd jgn terlalu dipaksakan bahwa leluhur anda dulu menganut agama yg anda anut sekarang, moyangmu di Kahyangan ketawa melihat kelakuanmu yg mengaburkan perjalannya.
Anda baca surat al ikhlas 333x semalam maka anda akan bertemu dgn moyangmu dan tanyakan apakah yg anda paksakan skrng sebagai sejarawan sudah benar, tp hati2 anda ditempeleng moyangmu sndiri yg berusaha mengaburkan perjalannya.
Salam.
Cerita rakyat yang tidak bisa diverifikasi secara ilmiah sulit diterima sebagai bukti. “Batara Guru”, “Sawerigading”, “Lakipada”, “Pitu Ulunna Salu” dan sebagainya versinya berbeda beda tergantung siapa yang menuturkan dan pastinya dibumbui dengan banyak dongeng. Masa iya orang diterbangkan elang ?, menyebrang sungai dengan kepiting dsb dsb
wah bagus sekali , klo boleh sertakan sumber literasinya, banyak sejarah sulsel yg bersumber dari tutur lisan dan mengatakan (mengutip kitab liagaligo),
Dari zaman dulu tidak ada istilah nama SUKU di Sulawesi, yg ada hanya Istilah TO misalnya To riaja ( sekarang Toraja nama Kabupaten ) To Riaja artinya orang-orang atau sekolompok masyarakat yang menghuni disekitar wilayah pegunungan ( daratan tinggi ) jadi tidak termasuk orang-orang yang menghuni daratan rendah ( bukan pegunungan ), nanti setelah era NKRI baru ada istilah Suku sekaligus pembagian suku..
Kekeliruan banyak orang mengira istilah nama suku sudah ada sejak zaman kekuasaan kerajaan,
Bahasa yg ada seperti bahasa Bugis, bahasa Makassar, bahasa Mandar, Bahasa Tae ….
Dari segi bahasa ini sekaligus jd dasar penamaan suku yaitu Suku Bugis, suku Makassar, suku Mandar , suku ….? KENAPA BUKAN SUKU TAE ….?
Bahasa Tae banyak wilayah yang memakainya dan jg ada perbedaan kata-kata …. seperti bahasa Tae Toraja, bahasa Tae Enrekang, bahasa Tae Luwu ( bahasa Tae Luwu selatan, bahasa Tae Bua Ponrang, bahasa Tae Rongkong, bahasa Tae Masamba, DLL )…
Bahasa Tae di Enrekang dn bahasa Tae Luwu sekitarnya BUKAN bahasa Toraja ….
Suku Toraja hanya org2 yg menghuni daratan tinggi (pegunungan), bukan orang-orang yang menghuni dataran rendah/dekat pesisir walau memakai bahasa Tae kecuali mereka keturunan dari Toraja…
Ini terjadi karena penamaan Suku ada yang ganjil yg seharusnya Suku Tae jika suku itu berdasarkan bahasa …. bukan berdasarkan nama kabupaten atau bukan berdasarkan nama komunitas penghuni wilayah pegunungan….!!!
Anda salah kawan justru TAE adalah sub rumpun bahasa Toraja
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja#Bahasa
# Perbiasakan debat ilmiah dengan rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan
apamora tu renden..na iy bang sia ti putara
Ke mu pahangi…
Tau apa kau tentang Tanah Luwu, sudah banyak pihak yang mau memecah belah kan Luwu dengan kata2 berantakan yang entah siapa yang membuatnya. Jangan bicara Luwu kalau belum tau silsilah (kabagagang) tanah Luwu. Karna disitulah kalian bisa tau.. Turunan2 dari moyang Luwu sampai membentuk sebuah daerah di sekitar tanah Luwu.
luwu suatu daratan hijau nan luas, didalamnya sudah ada suku2, kemudian datang seorang yang menyatakan dirinya oemimoin dan memang dia sanggup memimpin lagi pula bijaksana, lalu semua suku yang ada dirangkulnya dan menjadikan mereka semua menjadi satu kekuatan yang besar, berani, cerdas, bermartabat lalu dimulailah lembaran baru dgn kisah heroiknya yang tdk bisa dipandang sebelah mata, dan tdk pula menindas yang direkrutnya, adapun yg terjadi adalah kekhilafan atas kekuasaan atau kesombongan personal akan kehebatan dirinya lalu mulailah terjadi gesekan perang dimana2, belum lagi jaman kolonial yg menghasut sana sini, tapi perlu diingat sebelum hal itu terjadi ternyata ada kisah mistis maupun kisah cinta yang bersemi lalu melahirkan lagi sebuah dinasti, hal ini bisa digali dikaji dimasing2 daerah 4 suku disulsel, semuanya bermula dari keinginan hidup abadi. pasti anda sudah tau siapa dia. dari sanalah lahir pemimpin ke 4 suku di sulsel dan menduduki wilayahnya masing2 sampai masa kolonial.
Klau lakipadada malhirkan raja2 trus knpa dia mnikah dengan anak raja😀
Nama Saya : Hamidun Bunga Padang, berssal dari Tandung-Peta Palopo suku etnis Toraja BASTEM beragama Islam berdomisili di DKI Jakarta, sepakat dan sependapat bahwasanya Luwu bukan suku tapi adalah Wilayah, yang di dalamnya terdapat Suku Toraja, Suku Bugis, Suku Pamona dll…. Menurut Ustad Abdul Salam Abadi Tanduk Langi dari BASTEM :”Luwu artinya gabungan, Luwu = Lusau, Lurekke = lujaomai = Lujiongmai (gabungan).
Intinya saya sebagai warga asal Luwu sepakat dgn uraian History dan refrensinya yang cukup ilmiah tersebut diatas. “LUWU bukan Suku, LUWU adalah Wilayah. Kurang lebihnya mohon maaf. Wabillahi Taufiq Wal Hidayah.
Sebagai masukan semoga bermanfaat.
Wassalam Biel ma’af…
@ All, melihat perdebatan di blog ini saya menarik kesimpulan bahwa yang diperdebatkan adalah soal “siapa yang tua”, (mungkin) dengan maksud bahwa yang “tua” lebih berhak dihargai. Okee tidak salah, tapi yang fatal dalam diskusi ini menurut saya lebih banyak mengungkapkan cerita rakyat, sawerigading, puang ini puang itu dsb. Nah bagi saya ini kurang ilmah. Mengapa ? Jawabannya sulit diverifikasi bukti ilmiahnya.
hal yang paling mungkin dilakukan adalah bahwa kita kembali ke sejarah yang sudah terverifikasi bahwasanya suku Toraja termasuk kedalam proto melayu (3000 – 2500 SM) sedangkan suku bugis dan makassar termasuk kedalam deutero melayu (500 SM). Nah disini sudah keliatan jelas siapa yang lebih tua kalau itu masalahnya adalah siapa yang lebih tua ?
Trus soal keterkaitan antara Toraja dan Luwu. Pendekatan yang bisa dilakukan adalah pendekatan bahasa (linguistik), bahwasanya bahasa Tae itu adalah bahasa Toraja tidak bisa dipungkiri.
Lanjut bagi saya penduduk kabupaten Luwu adalah penduduk campuran yang berasal dari Suku Toraja dan Suku Bugis. Namun untuk lebih memastikan ini harus ada test sampel DNA.
Suku di Sulawesi Selatan yang diakui secara ilmiah (pendekatan Antropologi, Ethnologi, Linguistik dan Arkeologi) hanya : Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar (ketika masih bergabung dengan Sul Sel). Lalu kemana Enrekang dan Luwu ?. Sebagai KOMUNITAS iyaa karena sudah terjadi akulturasi budaya yang kuat…tetapi memaksakan LUWU atau MASSENREMPULU sebagai sebuah suku akan menjadi bahan tertawaan para ilmuwan…
Dari sekian banyak komentar disini kebanyakan menyajikan “fakta” versi cerita rakyat dimana versi cerita satu dengan yang lain pasti berbeda tergantung siapa penuturnya. Bicara soal “Sawerigading”, “Lakipadada”, “Batara Guru” dan sebagainya maka anda akan bertemu versi yang berbeda-beda. Bisakah itu diambil sebagai patokan? Tentu tidak bisa !
Banyak penanggap yang terlalu gampang menyebut istilah SUKU padahal kata penting dalam pengertian suku adalah “golongan manusia yang mengidentifikasi dirinya dengan sesamanya”. Pembuktian lewat apa ? Kajian ilmiah : Antropologi, Etnologi, Linguistik dan Arkeologi
Pemahaman orang selama ini seolah olah Suku Toraja hanya ada di 2 Kabupaten yakni Tana Toraja dan Toraja Utara. Padahal itu salah besar, ada Mamasa di Sulawesi Barat (diakui sendiri oleh orang Mamasa sebagai bagian dari Suku Toraja). Ada suku Toraja di salah satu Kecamatan (Kecamatan Lembang) di Kabupaten Pinrang. Hal ini sangat jelas dari bahasa dan kepercayaan mereka tentang Aluk To Dolo (Aluk Mappurondo di Mamasa, Aluk To Jolo di Duri).
Untuk wilayah Duri itu sangat jelas masih suku Toraja, bisa dilihat dari bahasa juga peninggalan sejarah berupa erong dan kepercayaaan Aluk To Jolo.
Lebih jauh lagi wilayah seperti Bastem (Bassean Sangtempe) sangat jelas dari bahasa dan arsitektur rumahnya. Bahkan kajian etnologi menunjukkan bahwa Rongkong dan Seko di Luwu itu adalah Suku Toraja, berikut Kalumpang di Mamuju (menyebut dirinya Tana Lotong). Bahkan Suku-Suku (lebih tepatnya sub Suku) disekitar Poso (Pamona) masih merupakan bagian dari Suku Toraja.
Lalu bagaimana dengan Luwu (secara umum) atau Enrekang (Endekan/Massempulu) ? yang pasti telah terjadi akulturasi antara suku Bugis dan Suku Toraja, tinggal mau mengidentifikasi dirinya masuk ke suku yang mana…atau tetap sebagai suatu KOMUNITAS
https://books.google.co.id/books?id=zDfZDwAAQBAJ&pg=PA1&lpg=PA1&dq=suku+toraja+poso&source=bl&ots=HSMNHq6DnG&sig=ACfU3U12Mf37GUrkKKCKvSYQ4FGlg69BhQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjkr-Lg1cvpAhUd7XMBHa4VAWw4ChDoATABegQIChAB#v=onepage&q=suku%20toraja%20poso&f=false